Bisnis.com, JAKARTA— PT Samuel Sekuritas Indonesia mengungkapkan penguatan rupiah hari ini masih akan tertahan karena tengah menunggu data neraca perdagangan yang dirilis siang ini.
“Penguatan rupiah akan tertahan karena menunggu nerasa perdagangan yang diperkirakan bertambah surplusnya ke kisaran US$1 miliar,” terang Rangga Cipta, Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Selasa (15/3/2016).
Dia menambahkan rupiah stabil tertahan penguatannya diatas Rp13.000 per dolar AS kemarin di saat mayoritas kurs di Asia masih menikmati penguatan.
Indeks dolar mampu bangkit menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan disimpulkan pada Kamis dini hari. Penguatan tersebut bisa semakin mencegah rupiah menguat lebih dalam walaupun ke depan ruang penguatan masih terbuka. Hal ini karena adanya peluang kenaikan FFR target yang masih kecil, serta peluang pemangkasan BI rate yang masih tinggi.
“Dolar berpeluang kuat di Asia hari ini,” ucapnya.
Selain itu, menurutnya penting juga ditunggu pertumbuhan impor sebagai indikator pertumbuhan di Februari 2016 serta penting juga menunggu inflasi AS pada Rabu malam yang diperkirakan turun.
Perlu diketahui juga Iran tengah menggenjot produksi, sehingga minyak terkoreksi. Minyak Brent terkoreksi hingga dini hari tadi menyusul kabar Iran yang akan menambah produksinya di tengah rencana beberapa negara untuk menahan produksinya. Brent kemarin ditutup melemah 2,13% ke US$39,53 per barel.