Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pertambangan PT Indo Tambangraya Megah Tbk. memastikan batal membangun proyek power plant lantaran kalah tender dengan perusahaan konsorsium asal China.
Tahun lalu, manajemen emiten berkode saham ITMG tersebut mengincar dua proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2x1.000 MW dengan investasi US$3,2 miliar setara Rp41,6 triliun.
"Belum ada lagi (power plant) yang dibidik," kata Direktur Keuangan ITMG Edward Manurung saat berbincang dengan Bisnis.com belum lama ini.
Indo Tambangraya Megah memang mengincar proyek power plant 35.000 MW dengan mengincar pembangunan PLTU berkapasitas 2x1.000 MW. Bahkan, ITMG telah membentuk usaha patungan dengan Banpu Plc. dan Rachaburi Electricity Generating Holding PCL dalam mengikuti tender Jawa 7.
Emiten tambang tersebut telah mendapatkan komitmen pendanaan dari sejumlah bank asing bagi keperluan investasi megaproyek power plant tersebut. Investasi proyek power plant bakal merogoh kocek dari kas internal dan pinjaman.
Saat ini, ITMG telah mengoperasikan pembangkit listrik berkapasitas 14 MW bagi kebutuhan internal di Bontang, Kalimantan Timur. Perseroan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/Capex) senilai US$38 juta hingga US$39 juta pada tahun ini.
Sejumlah emiten tambang merangsek masuk ke bisnis kelistrikan dengan membidik megaproyek 35.000 Megawatt yang dicanangkan pemerintah dengan nilai investasi triliunan rupiah.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, tidak kurang dari sepuluh emiten tambang merangsek proyek power plant. Masing-masing emiten bahkan ada yang telah meyiapkan dana hingga miliaran dolar Amerika Serikat untuk pembangunan proyek selama lima tahun itu.
Pemerintah Indonesia pada 4 Mei 2015 lalu berambisi untuk membangun pengadaan listrik sebesar 35.000 MW demi kebutuhan dalam 5 tahun mendatang. Dari program tersebut, sebesar 10.000 MW atau 35 proyek bakal dikerjakan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), dan 25.000 MW atau 74 proyek digarap oleh perusahaan swasta.