Bisnis.com, JAKARTA - Produsen biji kopi nasional mengeluhkan industri kopi instan dalam negeri yang lebih memilih impor kopi instan ketimbang menyerap hasil produksi petani lokal.
Irfan Anwar, Ketua Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI), mengatakan produsen kopi instan dalam negeri lebih memilih kopi asal Vietnam, Brazil, dan Kolombia karena harga yang lebih murah dari kopi lokal.
“Harga kopi kualitas rendah dari Vietnam, Kolombia hanya Rp10.000 per kg, sementara kopi kualitas rendah Indonesia senilai Rp20.000. Pemilihan harga yang paling murah untuk menekan ongkos produksi,” tuturnya, Selasa (8/3/2016).
Saat ini, lanjutnya, Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan industri kopi terbaik di dunia, sekitar 8%-11% per tahun. Produksi biji kopi nasional mencapai 650.000 ton per tahun, 70% di antaranya yang berkualitas baik untuk pasar ekspor.
Adapun sisanya yang berkualitas sedang dan rendah diserap oleh pasar domestik. Faktor daya beli masyarakat Indonesia yang masih rendah memengaruhi rendahnya konsumsi kopi nasional, walaupun terbukti baik untuk kesehatan.
Irfan, mengungkapkan, mayoritas ekspor kopi Indonesia yang berbentuk biji karena komoditi ini memiliki kekhususan dalam pengolahan.
“Kopi tidak sama dengan komoditi lain. Jika di ekspor dalam bentuk powder hanya bertahan satu bulan, setelah tiga bulan rasa dan aromanya hilang. Maka untuk menjaga kualitas ekspor dilakukan dalam bentuk biji,” tuturnya.
Pasar dunia telah mengakui kopi Indonesia merupakan yang terbaik di dunia. Saat ini ekspor biji kopi Indonesia masuk ke 125 negara dengan porsi 20% jenis Arabika, hampir 80% Robusta dan 1% Liberika.