Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SENTIMEN PASAR 8 MARET: Brent Tembus US$40/Barel, Cadev RI Makin Tebal

Indeks Dow Jones ditutup menguat 0,4%, Brent naik 5,19% ke US$40,73 per barel.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Reli komoditas minyak mentah berlanjut hingga mendorong harga minyak Brent menembus US$40 per barel di bursa komoditas London. Di dalam negeri, cadangan devisa naik US$2,4 miliar pada Februari.

Bursa Global. Wall Street mempertahankan reli. Indeks Dow Jones ditutup menguat 0,4%, sedangkan S&P 500 naik tipis 0,09%. Indeks Stoxx 600 Eropa melemah 0,25%.

Harga Minyak. Kontrak Brent menembus harga US$40 per barel untuk pertama kalinya sejak Desember. WTI diperdagangkan menguat 5,71% ke US$37,97 per barel pada pukul 04.21 WIB, sedangkan Brent naik 5,19% ke US$40,73 per barel.

Cadangan Devisa China. Laju penipisan cadangan devisa China melambat. People Bank of China melaporkan penurunan cadangan devisai senilai US$28,6 miliar menjadi US$3,2 triliun per Februari, penurunan paling tipis sejak Juni 2015.

PPN China. Pemerintah China akan menerapkan pajak pertambahan nilai di seluruh sektor bisnis mulai 1 Mei 2016. Penerapan PPN diperluas ke transaksi di sektor konstruksi, real estate, finansial dan jasa konsumer.

Cadangan Devisa RI. Cadangan devisa Indonesia naik dari US$102,13 miliar per 29 Januari 2016 menjadi US$104,54 per 29 Februari 2016

Produksi Rokok. Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia menyatakan produksi rokok batangan turun 22,3% year on year pada Januari 2016. Gappri memperkirakan produksi akan turun 1% pada 2016.

SMGR. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) memproyeksikan pertumbuhan penjualan hingga 5% pada semester I/2016, dibandingkan pertumbuhan penjualan 0,4% sepanjang 2015.

BTPN. PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) mencatatkan laba bersih Rp1,7 triliun sepanjang 2015, turun 9% dari laba bersih Rp1,87 triliun yang dibukukan pada 2014.

Cadangan Batu Bara. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia menyatakan cadangan batu bara di Tanah Air hanya mencapai 7,3 miliar—8,3 miliar ton pada akhir 2015, jauh lebih sedikit dibandingkan proyeksi Kementerian ESDM sebanyak 32,3 miliar ton pada 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper