Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelemahan Harga CPO Bayangi Pergerakan Saham Emiten Sawit

Lesunya harga komoditas di pasar internasional masih membayangi pergerakan harga saham 16 emiten sawit yang cenderung bearish.n
Pabrik CPO/Antara
Pabrik CPO/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Lesunya harga komoditas di pasar internasional masih membayangi pergerakan harga saham 16 emiten sawit yang cenderung bearish.

Analis perkebunan PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai saham emiten sawit masih akan bearish seiring anjloknya harga minyak dunia ke kisaran US$28-30/barel yang menyeret harga CPO ke kisaran US$550 per metrik ton.

Kendati diproyeksi naik ke kisaran US$600 per metrik ton, Alfred menilai tingkat harga CPO itu masih terbilang murah. Dengan tingkat harga tersebut, emiten sawit akan sangat sensitif terhadap fluktuasi biaya produksi.

"Outlook-nya masih sulit. Akan menarik kalau harga CPO US$750-800 per metrik ton. Marginnya akan bagus," kata Alfred ketika dihubungi Bisnis, Rabut (27/1)

Di masa bearish ini, emiten sawit dapat menggenjot produksi agar penjualan meningkat. Namun, strategi itu berisiko menyebabkan oversupply CPO yang justru dapat menekan harga.

"Infrastruktur pemerintah bisa mendorong efisiensi ongkos produksi perusahaan sawit. Tapi kalau tidak, marginnya bisa semakin mengecil," pungkasnya.

Bharat Joshi, Head of Investment Aberdeen Asset Management Indonesia, mengatakan saham emiten perkebunan akan bearish seiring melorotnya harga komoditas di pasar internasional.

Sebagai konsumen terbesar CPO, melambatnya perekonomian China membuat harga komoditas perkebunan ini masih loyo. Harga CPO diproyeksi belum akan pulih apabila perekonomian China masih melambat.

"Harga bisa membaik, tergantung pada El Nino. Tetapi kan sekarang pola cuaca sudah berubah. El Nino mempengaruhi yield kebun, bisa memicu spike di harga CPO. Tapi ini sangat spekulatif," ujarnya, Selasa (26/1).

Namun, emiten sawit yang berorientasi pasar domestik dinilai memiliki prospek bisnis yang lebih positif. Pasalnya, konsumsi dalam negeri cenderung meningkat seiring pembangunan infrastruktur dan penurunan harga BBM.

Dalam laporan Outlook Pasar Komoditas 2016, Bank Dunia memproyeksikan harga CPO akan merangkak naik pada 2016-2020, yakni US$600 pada 2016, US$619 pada 2017, US$640 pada 2018, US$660 pada 2019, dan US$682 per metrik ton pada 2020.

Namun, tingkat harga masih di bawah tingkat harga CPO Pada periode 2013-2014 yang masing-masing mencapai US$857 dan US$821 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Sumber : Harian Bisnis Indonesia, Kamis (28/1/2016)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper