Bisnis.com, JAKARTA - Ledakan bom yang mengguncang Jalan M.H. Thamrin kawasan Sarinah Jakarta, tidak berdampak terhadap lantai bursa justru anjloknya harga minyak mentah dunia ke level US$30 per barel lebih berdampak pada pergerakan Indeks.
Buktinya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan akhir pekan, Jumat (15/1/2015), ditutup menguat 0,24% sebesar 10,79 poin ke level 4.523,98.
Analis PT Reliance Securities Tbk. Lanjar Nafi menilai tekanan terbesar bagi IHSG pekan ini adalah pelemahan harga minyak mentah dunia dan bursa China. Devaluasi yuan China yang terjadi pekan ini ditengarai berdampak bagi pasar modal regional Asia Pasifik.
"Pekan ini harga minyak di bawah US$35 per barel, terendah dalam 12 tahun. Investor khawati. Kemarin banyak sentimen luar negeri, meski di tengah minggu IHSG mulai keluar jalur. Asia melemah, tapi kita optimistis karena ada estimasi BI Rate," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (15/1/2015).
Penurunan BI Rate direspons dengan penguatan nilai tukar rupiah. Namun, posisi optimistis dari dalam negeri itu direcoki oleh adanya insiden bom di Jakarta.
Meski sempat menekan pergerakan IHSG pada pertengahan pekan, BI Rate berhasil menghalau sentimen negatif itu. Lantai bursa kembali bangkit dan mulai rebound.
Menurutnya, investor dalam negeri sudah menunggu penurunan BI Rate dari akhir tahun lalu. Keputusan BI yang menurunkan BI Rate menjadi euforia tersendiri bagi investor dalam negeri.
Dia menjelaskan investor domestik berharap pertumbuhan kredit pada sektor perbankan akan membaik dari saat ini yang berada pada kisaran 7,25%. Dampak penurunan BI Rate diperkirakan bakal berpengaruh pada sektor barang-barang konsumsi, properti, hingga konstruksi.
"Kalau sekarang investor asing masih keluar cukup banyak, mereka khawatir kondisi global. Asia rerata turun, Eropa juga turun. Kalau tidak ada aksi jual dari asing akhir pekan ini, IHSG bisa naik lebih tinggi," jelasnya.
Penguatan IHSG terjadi setelah sehari sebelumnya ada aksi peledakan bom yang hanya mengguncang tipis lantai bursa dengan pelemahan 0,53%. Investor dalam negeri tidak bereaksi berlebihan terhadap adanya guncangan bom.
Pada perdagangan akhir pekan, nilai transaksi harian mencapai Rp4,99 triliun dengan volume rerata 3,92 miliar lembar saham. Kapitalisasi pasar tercatat mencapai Rp4.803 triliun dengan net sell asing mencapai Rp833 miliar dan Rp2,55 triliun sejak awal tahun.
Di pasar spot, kurs rupiah ditutup terdepresiasi 0,02% atau 3 poin dari sebelumnya Rp13.907 per dolar AS. Depresiasi kemarin terbilang jauh lebih tipis ketimbang sehari sebelumnya yang terdapat insiden peledakan, yakni terkoreksi 0,52% atau 72 poin.
Pergerakan saham selama sepekan ini memang sedikit direcoki oleh adanya peledakan bom di kawasan Sarinah Jakarta Pusat, sehingga rilis penurunan suku bunga acuan (BI Rate) direspons dingin oleh pelaku pasar. Selama sepekan ini, Indeks harga saham gabungan (IHSG) dititup terkoreksi 0,49% sebesar 22,31 poin ke level 4.523,98 dari akhir pekan lalu 4.546,29.
Pada saat bersamaan, kurs rupiah justru ditutup menguat 0,09% sebesar 13 poin selama sepekan ke level Rp13.910 per dolar Amerika Serikat. Penguatan rupiah sepekan akhirnya terwujud setelah sejak akhir tahun lalu terus melemah.
Selama sepekan, investor asing mencatatkan transaksi beli di lantai bursa senilai Rp10,63 triliun. Namun, investor luar negeri itu juga melakukan aksi jual senilai Rp12,56 triliun selama sepekan.