Bisnis.com, JAKARTA -- Insiden teror bom di kawasan Sarinah Jakarta tak mampu menggoyahkan pasar modal dan diperkirakan hanya berakibat sementara.
Kemarin, Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka terpuruk 0,98% ke level 4.492,78 lantaran bursa saham Amerika Serikat ambrol. Hingga pukul 10.40 WIB, IHSG terus menguat hingga 0,72% dari pembukaan perdagangan.
Tiba-tiba, sekitar pukul 10.41 WIB, setelah kejadian aksi ledakan di kawasan Jalan M.H. Thamrin Jakarta Pusat, IHSG longsor. Investor tampak panik dan membuat IHSG meluncur 1,36% ke level 4.457,65.
Hingga penutupan perdagangan sesi I kemarin, IHSG melorot tajam 1,72% sebesar 77,86 poin ke level 4.459,32. Namun, sesi II perdagangan hingga penutupan IHSG terus dilecut sentimen positif.
Tepat pukul 14.00 WIB, Bank Indonesia merilis hasil rapat dewan gubernur (RDG). Bank sentral memastikan penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke level 7,25%.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan RDG pada 13-14 Januari 2016 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 7,25%, dengan suku bunga Deposit Facility 5,25% dan Lending Facility pada level 7,75%.
"Keputusan ini sejalan dengan pernyataan BI sebelumnya bahwa ruang pelonggaran kebijakan moneter semakin terbuka dengan terjaganya stabilitas makroekonomi, serta mempertimbangkan pula dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global pascakenaikan Fed-Fund Rate (FFR)," ungkapnya, Kamis (14/1/2016).
Positif
Sentimen penurunan BI Rate yang diharapkan oleh investor ternyata mendapatkan reaksi positif. IHSG langsung melejit 1,42% hingga lebih dari pukul 14.00 WIB.
Sepanjang hari kemarin, IHSG ditutup melemah 0,53% sebesar 24 poin ke level 4.513,18. Sepanjang hari ini, IHSG bergerak di level terkuat 4.526,51 dan terlemah 4.456,47. IHSG tidak melemah sendirian, mayoritas bursa saham di Asia Pasifik juga melemah, kecuali bursa saham China.
Kendati demikian, investor asing sepanjang perdangan membukukan net sell Rp441,21 miliar dengan total transaksi di lantai bursa Rp6,05 triliun. Sejak awal tahun, net sell yang dibukukan oleh investor asing menjadi Rp1,71 triliun.
Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia Muhammad Alfatih menilai dampak insiden ledakan yang terjadi di Jakarta tidak akan berlangsung lama. Belajar dari pengalaman seperti yang terjadi pada 2000-2009, rentetan peristiwa ledakan terjadi di Indonesia.
"Awalnya reaksi market akan negatif. Tapi setelah itu akan rebound karena aksi ledakan hanya berdampak kecil bagi ekonomi," paparnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (14/1/2016).
Dia memastikan, pendapatan Indonesia dari sektor pariwisata terbilang minim. Pasalnya, dampak terbesar yang bergantung pada persepsi suatu negara adalah sektor pariwisata.
Penurunan IHSG pasca insiden ledakan dinilai sebuah reaksi yang wajar. Bahkan, saat terjadi serangan teroris beberapa tahun silam, IHSG justru ditutup pada zona hijau.
Catatan jual bersih yang dibukukan investor asing pada hari ini dinilai sebagai perilaku yang normal. Seringkali, katanya, investor asing berinvestasi di pasar modal tanpa mendalami Indonesia lebih jauh.
Meski kemarin IHSG ditutup melemah, sambungnya, pelaku pasar bakal melanjutkan perhatian terhadap efek lanjutan aksi teror bom. Perdagangan hari ini, IHSG bakal sedikit terkoreksi lantaran masih memantau efek lanjutan insiden ledakan.
Namun demikian, katanya, apabila tidak muncul aksi jual saham secara besar-besaran, dipastikan ajan terjadi rebound di awal pekan depan. IHSG diperkirakan bakal bergerak pada level support 4.420 dan resistance 4.620.
Sentimen pergerakan IHSG hari ini, katanya, lebih banyak pada rilis data-data ekonomi regional, termasuk China. Sedangkan, penurunan BI Rate yang dirilis kemarin terbilang cukup baik lantaran sekitar separuh ekepektasi konsensus memerkirakan BI bakal memperlonggar moneter dengan menurunkan suku bunga acuan.
"Seharusnya sektor perbankan dan properti bisa lebih bagus. Kita lihat mana lebih berpengaruh, efek BI Rate atau efek teror," jelasnya.
Adapun, kurs rupiah diperkirakan bakal berada pada level Rp13.800 per dolar AS hingga Rp13.600 per dolar AS. Volatilitas kurs rupiah terbilang masih flat selama sepekan yang terus bergerak di bawah Rp14.000 per dolar AS.
Pada perdagangan di pasar spot kemarin, nilai tukar rupiah sempat terdepresiasi cukup dalam hingga 1,10% ke level Rp13.981 per dolar AS pasca ledakan. Tetapi, depresiasi rupiah menipis 0,52% atau 72 poin ke level Rp13.907 per dolar AS pada penutupan perdagangan seiring dengan rilis suku bunga acuan BI.