Bisnis.com, JAKARTA—Indeks keyakinan konsumen yang menguat pada akhir 2015, ditopang prediksi membaiknya kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat, membuat sektor konsumer diproyeksi bakal kian ciamik sejak paruh pertama tahun ini.
Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe mengatakan pada 2016, sektor konsumer masih menjadi sektor favorit. Sebab, lanjut dia, adanya peningkatan penyerapan belanja pemerintah seharusnya turut meningkatkan daya beli masyarakat.
“Harusnya di semester I/2016, sektor konsumer mulai kelihatan pertumbuhannya,” jelas Kiswoyo ketika dihubungi Bisnis.com, Senin (4/1/2016).
Sementara itu, dalam Survei Konsumen yang dipublikasikan Bank Indonesia (BI) pada Rabu (6/1/2015), menunjukkan pada akhir tahun lalu, optimisme konsumen terus menguat. BI merekam tingkat keyakinan konsumen di Indonesia tersebut mulai kembali ke level optimis atau di atas 100 sejak November 2015.
Adapun, bank sentral melaporkan tingkat keyakinan konsumen pada Desember 2015 terkerek ke level 107,5, atau naik 3,8 poin dari bulan sebelumnya.
Bank sentral menyebut, keyakinan tersebut ditopang meningkatnya indeks kondisi ekonomi saat ini (IKE) dan indeks ekspektasi konsumen (IEK). Rinciannya, IKE tercatat naik 1,4 poin dari bulan sebelumnya menjadi 94. Sementara, IEK naik 6,2 poin dari November 2015 ke 121.
Menurut BI, peningkatan dua indikator tersebut didorong membaiknya optimisme responden atas ketersediaan lapangan kerja, baik ada saat ini dibandingkan 6 bulan sebelumnya. Responden, tulis bank sentral, pun masih yakin ketersediaan lapangan kerja akan lebih baik pada 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini.
Peningkatan IKE tertinggi disebutkan terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pengeluaran lebih dari Rp5 juta per bulan. Kemudian, peningkatan IEK tertinggi terjadi di kelompok responden dengan tingkat pengeluaran Rp4 juta-Rp5 juta per bulan.
Proyeksi masih ciamiknya sektor konsumer pun dimanfaatkan PT Matahari Departement Store Tbk. Pada awal tahun ini, emiten bersandi saham LPPF tersebut pun terus menambah kepemilikan saham atas PT Global Ecommerce Indonesia (GEI), pemilik MatahariMall.com.
Dalam keterbukaan informasinya yang disampaikan Senin (4/1/2016), Sekertaris Perusahaan Matahari Departemen Store Miranti Hadisusilo menuliskan perusahaan menambah kembali kepemilikan 4,4 juta lembar saham atas GEI senilai Rp53,14 miliar.
Pembelian saham GEI itu, disebutkan lantaran LPPF ini melihat bisnis e-commerce sebagai peluang untuk memperluas jangkauan bisnis selaku perusahaan ritel ke seluruh Indonesia.
LPPF, tulis Miranti, menyerap saham GEI di harga Rp12.065 per lembar saham. Penyerapan ini, merupakan hak opsi yang telah diteken pada 15 Agustus 2015. Penyerapan hak opsi juga akan dilakukan LPPF dan PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA) masing-masing menjadi 5%.
Dalam perjanjian yang diteken, juga mengatur opsi untuk menambah kepemilikan LPPF dan MPPA hingga 10% dari total saham GEI.
Sebelumnya, LPPF dan GEI telah meneken perjanjian pemberian hak opsi untuk mengambil saham pada 23 Februari 2015. Ketika itu, LPPF telah memiliki 2,5% atau 2,63 juta saham dan 105,26 saham GEI pada 11 Agustus 2015.
Berbanding terbalik dengan LPPF, PT Supra Boga Lestari Tbk. (RANC) malah menjual saham anak usahanya yakni PT Bahagia Niaga Lestari (BNL) kepada PT Tiga Mitra Retail.
Suryawati, Direktur Supra Boga Lestari mengatakan sebanyak 70% saham BNL yang dimiliki perusahaan atau setara 44.520 saham dijual dan dipindahkan haknya kepada Tiga Mitra Retail selaku pihak ketiga.
“Perseroan menjual dan memindahkan dengan harga jual sebesar Rp9,8 miliar,” tulis Suryawati dalam keterbukaan informasinya yang disampaikan kepada otoritas bursa, Selasa (5/1/2016).
Adapun, PT Bahagia Niaga Lestari merupakan anak usaha RANC yang menawarkan layanan toko Ministop Indonesia.
Sementara itu, hingga kuartal III/2015, RANC mencatatkan rugi bersih senilai Rp8,36 miliar atau anjlok 165,05% secara tahunan (y-o-y) dari laba bersih sebesar Rp12,85 miliar di periode yang sama tahun lalu.