Bisnis.com, JAKARTA -- PT Asia Pacific Fibers Tbk. (POLY) mengajukan proposal baru restrukturisasi utang kepada Kementerian Keuangan agar masalah yang membelit perseroan selama belasan tahun itu berlangsung cepat.
Dalam revisi proposal itu, emiten tekstil berkode saham POLY itu mengusulkan agar utang langsung perseroan kepada Kemenkeu senilai US$83 juta dibayar penuh. Perusahaan akan menggantinya dengan instrumen bank.
"Bentuknya seperti deposito yang bisa dipegang pemerintah. Kan pemerintah dulu minta, apa yang bisa direalisasikan cepat oleh kami. Ya kami sesuaikan," kata Sekretaris Perusahaan POLY Tunaryo seusai paparan publik, Kamis (17/12/2015).
Selain itu, sebagian besar utang perseroan kepada pemerintah melalui PT Bina Prima Perdana senilai US$160 juta dikonversi ke saham dan sebagian kecil dibayar penuh. Porsi persisnya akan dibahas dalam pertemuan perseroan dengan Kemenkeu Kamis (17/12) malam. Pertemuan itu akan menentukan apakah proposal baru disetujui oleh Kemenkeu.
Sebelumnya dalam proposal lama, perseroan sekadar mengusulkan agar US$107 juta dari total utang default senilai US$1 miliar kepada kreditur berjaminan dibayar penuh, sedangkan selebihnya dikonversi ke saham. Seperti diketahui, utang gagal bayar itu berupa obligasi senilai US$682 juta yang diterbitkan sepanjang 1994-1997, US$243 juta kepada bank yang kemudian menjadi aset eks-BPPN dan dilimpahkan ke Kemenkeu.
Tunaryo mengemukakan mayoritas kreditur sudah mendukung proposal baru restrukturisasi. Perusahaan yang dulu milik Texmaco Group itu kini hanya menunggu persetujuan Kemenkeu.
Dia menuturkan perseroan mempunyai rencana strategis jika usulan restrukturisasi bisa disepakati oleh seluruh kreditur berjaminan. POLY akan mencari fasilitas pinjaman untuk memutakhirkan mesin. Dalam 2,5 tahun ke depan, perseroan membutuhkan US$50 juta untuk menambah kapasitas produksi.
"Karena restrukturisasi ini tidak selesai-selesai, kami jadi tidak bisa berekspansi," ujar Tunaryo.
POLY tahun ini hanya dapat menggelontorkan belanja modal US$7 juta untuk penggantian mesin guna memberikan nilai tambah produk benang di pabrik Kendal, Jawa Tengah, serta menambah fasilitas purified terephthalic acid (TPA) di pabrik Karawang, Jawa Barat.
Untuk tahun depan, perusahaan juga akan mengalokasikan jumlah belanja modal yang sama.