Bisnis.com, JAKARTA—Nilai tukar rupiah berpeluang tertekan pada Rabu (16/12/2015), seiring mulai kembalinya penguatan dolar AS setelah dirilisnya angka inflasi AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menyebutkan inflasi AS per November 2015 naik 0,5% secara year on year, dari 0,2% year on year.
“Walaupun masih jauh dari target the Fed sebesar 2%, menjelang pengumuman FOMC meeting pada Kamis dini hari, hal itu sudah cukup mengembalikan kekuatan indeks dolar yang sempat hilang, imbal hasil US Treasury 10 tahun juga naik hingga dini hari tadi,” paparnya dalam riset yang dikutip Bisnis.
Adapun angka manufaktur AS yang akan diumumkan malam nanti diperkirakan stabil di atas 50. Ruang penguatan indeks dolar AS berpeluang bertambah menjelang akhir pekan.
Sebenarnya, lanjut dia, sejumlah sentimen positif juga ada bagi pergerakan rupiah seperti harga komoditas yang berhenti terjun bebas.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan yang muncul pertama kalinya tahun ini justru memperbaiki prospek pertumbuhan ekonomi ke depan sehingga memperbaiki daya tarik aset berdenominasi rupiah.