Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kimia Farma Bangun Pabrik Bahan Obat pada 2016

PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) bakal memulai pembangunan pabrik bahan baku obat kimia tahun depan untuk menyubstitusi kebutuhan impor yang saat ini menguasai 90% kebutuhan bahan baku emiten farmasi itu.

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) bakal memulai pembangunan pabrik bahan baku obat kimia tahun depan untuk menyubstitusi kebutuhan impor yang saat ini menguasai 90% kebutuhan bahan baku emiten farmasi itu.

Direktur Keuangan KAEF Farida Astuti mengatakan pembangunan pabrik itu membutuhkan investasi di luar tanah senilai Rp110 miliar yang akan diambil dari belanja modal tahun depan Rp1 triliun. Pabrik akan didirikan di atas lahan milik KAEF di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.

"Januari (2016) untuk (penandatanganan) joint venture dan setelah itu akan langsung proses untuk mulai bangun dan izin," katanya, Kamis (10/12/2015).

Meskipun demikian, Farida enggan mengungkap calon investor yang akan berkongsi dengan perseroan. Dia hanya menyebutkan investor itu dari salah satu negara di Asia yang akan menggenggam saham minoritas perusahaan patungan itu. Farida pun belum bersedia menyebutkan seberapa besar saham yang akan dikuasai BUMN farmasi itu.

Masa konstruksi pabrik itu hingga mengantongi izin produksi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) diperkirakan sekitar 18-24 bulan. Pabrik tersebut nantinya memproduksi enam jenis bahan baku, di antaranya bahan obat pengencer darah untuk penyakit jantung.

Farida menyampaikan perusahaan harus membelanjakan Rp300 miliar per tahun untuk mengimpor 90% kebutuhan bahan baku. Pembangunan pabrik bahan baku, kata dia, tidak serta-merta mengurangi drastis ketergantungan impor. Langkah itu merupakan tahap awal dari upaya perseroan menyubstitusi impor. KAEF, tutur dia, akan terus menciptakan proyek pabrik bahan baku obat.

Soal rencana rights issue untuk menutup kebutuhan belanja modal 2016, KAEF hingga kini masih menunggu persetujuan dari pemerintah dan DPR sehubungan dengan risiko dilusi kepemilikan saham pemerintah.

Seperti diketahui, rights issue tanpa penyertaan modal negara (PMN) itu berisiko mengurangi kepemilikan saham pemerintah 20% dari saat ini 90,03%.

DPR pun belum memberikan sinyal persetujuan. Wakil Ketua Komisi VI DPR Heri Gunawan mengatakan akan mencermati dulu kinerja KAEF. “Kami lihat dulu laporan keuangannya,” katanya beberapa waktu lalu.

Selain untuk membangun pabrik bahan baku, sebaagian target perolehan dana Rp1,1 triliun itu akan dipakai untuk melanjutkan pembangunan pabrik farmasi di Banjaran, Kabupaten Bandung. Seluruh total investasi pembangunan mencapai Rp900 miliar. Jika pabrik tersebut telah beroperasi, kapasitas produksi obat bisa lebih dari 5 miliar tablet per tahun atau tiga kali lipat pabrik lama di Kota Bandung.

Perseroan juga akan meningkatkan kapasitas pabrik garam farmasi di Jombang, Jawa Timur dari 2.000 ton saat ini menjadi 6.000 ton per tahun dengan kebutuhan dana Rp95 miliar. Ekspansi tetap akan dilakukan tahun depan meskipun pabrik itu hingga kini belum memperoleh izin produksi dari BPOM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper