Bisnis.com, BOGOR - Belanja modal PT Astra Otoparts Tbk pada tahun depan diperkirakan turun hingga 50% dari sekitar Rp3 triliun tahun ini menjadi Rp1,5 triliun.
Direktur PT Astra Otoparts Tbk (AOP) Hugeng Gozali mengungkapkan belanja modal yang turun tersebut merupakan buntut dari kelesuan pasar komponen otomotif dalam negeri. Menurutnya, selaku produsen komponen otomotif laju bisnis AOP langsung terhantam manakala pasar mobil ataupun motor juga menurun.
Dengan melemahnya permintaan komponen otomotif roda dua maupun roda empat, utilisasi pabrik AOP saat ini hanya sekitar 80%. “Sehingga belum ada rencana untuk menanamkan modal lebih banyak lagi, karena itu kami menurunkan anggaran belanja modal tahun depan,” ujarnya, Jumat (4/12/2015).
Hugeng menyatakan peningkatan kapasitas pabrik dilakukan AOP sepanjang 2012 hingga 2013. Upaya tersebut merupakan antisipasi dari pertumbuhan pasar otomotif domestik yang sekitar 8%.
Namun sejalan dengan stagnasi pasar roda dua dan roda empat yang terjadi sejak tahun lalu, maka permintaan komponen pun melorot. Sehingga, lanjutnya, pada 2016 AOP akan mengarahkan belanja modal kepada upaya peningkatan efisiensi produksi.
Dengan mendatangkan peralatan produksi baru, nantinya AOP akan memangkas jumlah jam lembur buat para pekerja. “Karena kalau tidak [membeli mesin baru], kami akan kewalahan dengan banyaknya pekerja di tengah kelesuan seperti sekarang,” ujarnya.
Hugeng memperkirakan untuk anggaran belanja modal pada 2015 yang dipatok Rp3 triliun, sejauh ini hanya akan terserap 80%. Sedangkan pada 2014, belanja modal AOP menembus kisaran Rp4 triliun.
Hingga kuartal ketiga tahun ini, kinerja keuangan AOP merosot tajam. Nilai laba bersih yang diperoleh sekitar Rp179 miliar, jatuh 72% dari kinerja kurun waktu yang sama tahun lalu senilai Rp641 miliar.
Dengan catatan itu, AOP merupakan anak usaha sektor otomotif Grup Astra yang menyumbang penurunan laba bersih terbanyak. Saat ini, laba bersih Astra International Tbk dari sektor otomotif mencapai Rp5,329 triliun, merosot 10% dibandingkan capaian pada periode sama tahun lalu yang sejumlah Rp5,903 triliun.
“Penurunan kami itu sektiar 80% dari total penurunan laba bersih sektor otomotif Grup [Astra],” aku Hugeng.
Dia mengutarakan problem terbesar yang dihadapi pelaku industri komponen selain melemahnya permintaan, tak lain adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. “Material kami sekitar 60% impor,” tuturnya.
Di sisi lain, rekanan bisnis AOP yakni para produsen mobil dan motor, baru dapat mengakomodir kenaikan harga komponen pada pertengahan tahun ini. “Padahal harga komponen sejak awal tahun harusnya sudah naik 15%,” ungkap Hugeng.