Bisnis.com, JAKARTA—Pencapaian penerimaan pajak yang buruk meningkatkan minat investor atas obligasi pemerintah RI. Inflasi yang rendah mendorong investor masuk ke SUN bertenor menengah.
Data dari Bloomberg menunjukkan yield SUN FR70 turun 4 basis poin ke level 8,450% pada Rabu (2/12/2015) pukul 10.59 WIB. Harga obligasi bertenor 9 tahun tersebut naik 0,25% ke level 99,539.
Maximilianus Nico Demus, Analis Dana Pendapatan Tetap Samuel Sekuritas, mengatakan yield SUN merosot seiring dengan penguatan rupiah dan inflasi yang semakin lambat.
Dua dorongan tersebut dilengkapi oleh hasil lelang SUN kemarin. Pemerintah menyerap Rp9 triliun dari penawaran yang mencapai Rp18,8 triliun.
Pemerintah dini hari tadi juga melepas 2 seri global bond bertenor 10–15 tahun. Dana senilai US$3,5 miliar diserap dari penawaran senilai US$8,1 miliar yang masuk.
Permintaan atas SUN meningkat seiring dengan kenaikan kebutuhan pembiayaan di tengah ambisi pemerintah mendorong belanja meskipun capaian penerimaan pajak buruk.
Sigit Pramudito kemarin resmi mengundurkan diri dari jabatan Dirjen Pajak. Penerimaan pajak tahun ini diproyeksikan mencetak shortfall hingga Rp246,94 triliun dari target Rp1.244,7 triliun.
Inflasi yang rendah menggeser permintaan investor ke SUN bertenor 10–15 tahun yang kemarin paling aktif ditransaksikan di pasar sekunder.
“Penguatan diperkirakan berlanjut pada rupiah dan SUN. Hasil lelang kemarin juga menunjukkannya masih cukup tingginya minat investor di tengah buruknya pencapaian pendapatan pajak,” kata Nico.
Nico memperkirakan harga SUN hari ini kembali bergerak menguat ditunjang oleh penguatan rupiah di pasar spot.
Pergerakan SUN Seri FR70
Tanggal | Harga | Yield (%) |
2/12/2015 | 99,539 (+0,25%) | 8,450 |
1/12/2015 | 99,295 (+0,37%) | 8,492 |
30/11/2015 | 98,927 (-0,05%) | 8,555 |
Sumber: Bloomberg