Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Selasa (1/12/2015) masih menghadapi tekanan eksternal.
“Turunnya inflasi bisa memberikan sentimen positif kepada rupiah, tetapi faktor eksternal sepertinya masih akan memberikan tekanan pelemahan terhadap rupiah,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (1/12/2015).
Rupiah tertekan bersama dengan mata uang lain di Asia pada Senin sore. Selain masih kuatnya harapan kenaikan Fed Rate, aliran dana asing ke luar dari IHSG juga ikut menekan rupiah . IHSG terkoreksi 2,5%.
“Dimasukkannya yuan ke dalam SDR (special dwawing rights) tidak akan memengaruhi fundamental rupiah,” kata Rangga.
Tetapi, tambahnya, jika itu berarti PBoC yang melepas yuan yang overvalued ke harga pasar, maka rupiah bisa ikut melemah ke depan.
Rangga mengatakan Inflasi November 2015 ditunggu hari ini, dan diperkirakan turun ke kisaran 4,93% YoY dari 6,25% YoY.
Seperti diketahui IMF akhirnya memasukkan yuan ke dalam SDR bersama dengan dollar, euro, yen dan poundsterling yang akan berlaku mulai Oktober 2016.
Dengan bobot 10,92% dari total, banyak negara diperkirakan meningkatkan permintaan terhadap yuan, walaupun sebatas hanya untuk pemenuhan SDR bukan cadangan devisa dalam arti lebih luas.
Rangga mengatakan indeks dolar justru menguat hingga dini hari tadi, memberikan arti masuknya SDR ke yuan tidak berarti penguatan yuan atau pelemahan dolar, karena adanya tuntutan IMF terhadap PBoC untuk ‘melepas’ yuan ke mekanisme pasar .
“Saat ini diduga yuan overvalued terhadap dollar sehingga justru ada harapan pelemahan yuan atau penguatan dolar ke depan. Pagi ini ditunggu angka manufaktur Tiongkok yang diperkirakan stabil di level rendah,” kata Rangga.