Bisnis.com, JAKARTA— Bloomberg Dollar Index mengemukakan rupiah berakhir menguat 0,14% atau 19 poin ke Rp13.600 per dolar AS pada Rabu (11/11/2015).
Saat dibuka hari ini, Rabu (11/11/2015) rupiah menguat 25 poin atau 0,18% ke Rp13.594 /US$.
Nilai tukar rupiah berakhir menguat 0,14% atau 19 poin ke Rp13.600 per dolar AS.
Rupiah menguat 40 poin atau 0,29% ke Rp13.579/US$, di saat indeks dolar melemah 0,28% ke 99,014
Dolar melemah setelah sebelumnya mengalami reli, yang megirimkan indeks ke level terkuat dalam tujuh bulan perdagangan.
Pelemahan tersebut terjadi setelah greenback menguat setidaknya 1% terhadap 10 mata uang negara berkembang pada bulan ini, dipicu kemungkinan naiknya suku bunga Federal Reserve meningkat jadi 66% dibandingkan dengan 50% pada akhir Oktober.
Sentimen tersebut diimbangi data produksi industri China dan investasi melambat pada Oktober. Sementara itu pasar obligasi AS ditutup Rabu untuk liburan.
"Dolar AS telah menelusuri data tenaga kerja nonfarm, tetapi ini mungkin karena profit taking dan liburan AS," kata Khoon Goh, Strategi Mata Uang Senior Australia & New Zealand Banking Group seperti dikutip Bloomberg, Rabu (11/11/2015).
Seperti diketahui AS menetapkan Hari Veteran setiap tanggal 11 November, dan menjadi hari libur nasional.
Mata uang di Asia Tenggara kompak menguat.
Dolar Singapura (+0,11%), peso Filipina (+0,43%),ringgit Malaysia (+0,4%), baht Thailand (+0,08%), rupiah menguat 0,27% atau 37 poin ke Rp13.582/US$.
Indikasi perlambatan ekonomi China semakin kuat setelah data menunjukkan pertumbuhan produksi dan investasi makin melambat pada Oktober.
Produksi industri China hanya tumbuh 5,6% year on year pada Oktober, turun dari 5,7% pada September ketika ekonom memperkirakan pertumbuhan akan naik menjadi 5,8%.
Perlambatan juga tampak dari data pembentukan modal di sentral-sentral pertumbuhan Negeri Tiongkok. Pertumbuhan investasi di area selain pedesaan (rural) naik 10,2% pada Oktober, lebih lambat dari pertumbuhan 10,3% pada September.
Kinerja industri yang tumbuh semakin lambat sejalan dengan strategi pemerintah China yang berupaya menggeser sumber pertumbuhan ekonomi ke konsumsi domestik.
Namun, rencana tersebut belum mendapat dukungan dari kenaikan konsumsi. Pertumbuhan penjualan ritel sepanjang 2015 masih lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan 2014.
Penjualan ritel di ekonomi terbesar kedua dunia tersebut hanya tumbuh 11% pada Oktober, naik tipis dibandingkan 10,9% pada September dan lebih rendah dari pertumbuhan 11,5% pada Oktober 2014.
Inflasi di China juga semakin turun dari 1,6% pada September menjadi 1,3% pada Oktober dan semakin jauh dari target inflasi 3%.
Sinyal positif muncul dari lonjakan penjualan selama Singles Day di China yang telah melewati nilai US$9,05 miliar pada pukul 12.00 waktu Beijing.
Rupiah diperdagangkan menguat 51 poin atau 0,37% ke Rp13.568 per dolar AS di jeda siang bursa.
Kurs tengah Bank Indonesia menguat ke Rp13.576 per dolar AS pada Rabu (11/11/2015). Kurs Asia kompak terapresiasi seiring pelemahan indeks dolar.
Bank Indonesia menetapkan kurs tengah di Rp13.576 per dolar AS, menguat 43 poin atau 0,32% dari kurs yang ditetapkan kemarin.
Rupiah bertahan menguat di bawah Rp13.600/US$, saat indeks dolar melemah.
Rupiah menguat 51 poin atau 0,37% ke Rp13.568/US$. Sementara itu indeks dolar AS melemah 0,44% ke 98,852.
“(Hari) ini penting ditunggu penjualan ritel Tiongkok yang diperkirakan membaik,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Rabu (11/11/2015).
Bloomberg Dollar Index mengemukakan saat dibuka hari ini, Rabu (11/11/2015) rupiah menguat 25 poin atau 0,18% ke Rp13.594 /US$.
Pada pk. 08.01, rupiah makin menguat. Rupiah menguat 51 poin atau 0,37% ke Rp13.568/US$, dan bergerak di kisaran 13.568—13.594.
Selasa, indeks dolar AS ditutup menguat 0,32% ke 99,293