Bisnis.com, JAKARTA— Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) merosot tajam di tengah spekulasi kenaikan suku bunga The Fed pada Desember.
Data yang diterbitkan Bank Indonesia menempatkan Jisdor di level Rp13.687 per dolar AS pada Senin (9/11/2015), terdepresiasi 137 poin atau 1,01%.
Rupiah juga terdepresiasi signifikan di pasar spot, diperdagangkan melemah 0,67% atau 91 poin ke Rp13.655 per dolar AS.
Rangga Cipta, ekonom dari Samuel Sekuritas, mengatakan kenaikan tajam indeks dolar dan yield obligasi pemerintah menekan kurs emerging market termasuk rupiah.
Indeks dolar dan yield US Treasury naik setelah rilis data yang menunjukkan sektor non-pertanian AS menyerap 271.000 tenaga kerja sepanjang Oktober, penyerapan paling tinggi pada 2015.
Penyerapan tenaga kerja yang naik signifikan memberikan amunisi pada The Fed untuk memulai penaikan suku bunga AS pada Desember.
Tekanan domestik muncul dari cadangan devisa yang turun dari US$101,7 miliar per September 2015 menjadi US$100,7 miliar per Oktober 2015. Penurunan cadangan devisa menunjukkan penguatan tajam rupiah pada Oktober tidak sepenuhnya didorong mekanisme pasar.
“[Data tenaga kerja] semakin meningkatkan harapan kenaikan suku bunga AS, justru hadir ketika harapan penurunan BI rate mulai meningkat,” kata Rangga.
Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor/Rupiah)
9 November | Rp13.687 |
6 November | Rp13.550 |
5 November | Rp13.603 |
4 November | Rp13.461 |
3 November | Rp13.594 |
Sumber: Bank Indonesia