Bisnis.com, JAKARTA— Kinerja reksa dana sepanjang pekan pertama Oktober 2015 melesat drastis.
Dalam sepekan, nilai aktiva bersih industri reksa dana naik hingga Rp11,75 triliun atau tertinggi sepanjang tahun ini.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana per Oktober (per 9 Oktober) mencapai Rp263,20 triliun. Nilai tersebut naik Rp11,75 triliun atau setara 4,67% dibandingkan dengan pencapaian per September 2015, yakni Rp251,45 triliun.
Kenaikan tersebut sangat pesat mengingat sejak April 2015, NAB industri reksa dana terus mengalami penurunan. Adapun, bila dibandingkan dengan kenaikan NAB setiap bulannya sepanjang tahun ini, kenaikan pada Oktober yang baru sepekan tersebut tercatat paling tinggi.
Kenaikan NAB bulanan paling tinggi sebelumnya terjadi pada Maret 2015, yakni sekitar Rp7,01 triliun atau sekitar 2,81% dibandingkan dengan pencapaian Februari yang senilai Rp249,12 triliun.
Bila dilihat secara memerinci, kenaikan NAB paling besar terjadi pada reksa dana saham. Per akhir September 2015, NAB reksa dana saham mencapai Rp89,68 triliun, tapi per 9 Oktober 2015 sudah mencapai Rp97,82 triliun atau ada penambahan sekitar Rp8,14 triliun.
Bukan hanya NAB reksa dana saja yang naik cukup pesat. Pertumbuhan jumlah produk reksa dana sepanjang Oktober juga cukup tinggi. Selama sepekan, ada sekitar 12 penambahan produk baru yang mencapatkan izin penerbitan efektif dari OJK.
Vilia Wati, analis PT Infovesta Utama mengatakan salah satu faktor yang menopang kenaikan dana kelolaan reksa dana saham pada pekan pertama Oktober adalah kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang mulai menunjukkan tren penguatan selama Oktober. Masuknya investor asing, penguatan nilai tukar rupiah, serta kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed yang semakin tipis dinaikkan dalam jangka pendek membawa angin segar untuk pasar saham.
“Ditambah juga ekspektasi akan dampak positif kebijakan pemerintah tahap III dan IV pada perekonomian turut jadi sentiment positif untuk kinerja pasar saham pada Oktober,” kata Vilia kepada Bisnis, Selasa (20/10).
Selain itu, optimisme investor terhadap produk reksa dana saham juga terlihat dari tren perkembangan unit penyertaan reksa dana saham yang menanjak sejak awal tahun. Bahkan, peningkatan unit pernyertaan masih berlanjut di pekan pertama Oktober, sehingga turut berkontribusi pada kenaikan dana kelolaan reksa dana saham.
Dia menilai, IHSG berpotensi menutup kinerja Oktober dengan return positif. “Meski demikian beberapa sentimen negatif yang dapat dicermati oleh investor adalah perlambatan perekonomian China yang masih berlanjut dan nilai tukar rupiah yang rawan melemah,” tambahnya.
Dari sisi penerbitan produk, lanjut Vilia, penerbitan produk baru di tahun ini cukup ramai. Hal ini terjadi tidak hanya pada saat bursa saham membaik saja, tetapi juga di tengah koreksi pasar saham. Optimisme akan perbaikan kinerja pasar modal domestik secara jangka panjang menjadi salah satu faktor terus terbitnya produk reksa dana baru.
“Meski pada saat koreksi bursa, produk baru yang dirilis didominasi oleh produk terproteksi dan pasar uang, tetapi ada juga produk baru berupa reksa dana saham.”
Direktur Utama PT Danareksa Invstment Management Prihatmo Hari Mulyanto mengatakan melesatnya NAB reksa dana sepanjang Oktober ini dipengaruhi oleh kinerja IHSG yang juga melesat, terutama di pekan pertama Oktober.
“Jadi, NAB naik karena mark to market harga saham naik. Soal produk baru, mungkin para MI melihat ini sebagai peluang. Harga saham dan obligasi sudah relative murah,” katanya.