Bisnis.com, JAKARTA— Target pertumbuhan dana kelolaan industri reksa dana yang dipatok 15% tahun ini sepertinya akan sulit tercapai. Sejak awal tahun hingga September, pertumbuhan dana kelolaan baru sekitar 4,15%.
Berdasarkan data Pusat Informasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana per September 2015 tercatat Rp237,62 triliun. Perolehan tersebut turun 3,03% dibandingkan dengan data per Agustus yang skeitar Rp245,06 triliun.
Adapun, bila dibandingkan dengan perolehan per Mei 2015, NAB industri reksa dana sudah turun hingga Rp16,56 triliun atau setara 6,51%. Per Mei 2015, perolehan NAB reksa dana mencapai Rp254,18 triliun.
Bila diperinci, penurunan NAB terbesar terjadi pada NAB reksa dana saham. Per September 2015, NAB reksa dana saham tercatat Rp86,99 triliun atau turun 13,46% dibandingkan dengan perolehan akhir tahun lalu yang mencapai Rp100,53 triliun. Bila dibandingkan dengan perolehan akhir Mei, NAB reksa dana sudah menciut Rp17,5 triliun atau setara 16,74%.
Untuk diketahui, Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) menargetkan nilai aktiva bersih (NAB) atau dana kelolaan industri reksa dana pada 2017 bisa mencapai Rp1.000 triliun dengan total 5 juta investor. Untuk bisa mencapai target tersebut, diperkirakan pertumbuhan NAB setiap tahunnya harus sekitar 15%.
Adapun, penurunan NAB juga berkaitan erat dengan valuasi di pasar saham. Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI) Prihatmo Hari Mulyanto mengatakan masih sulit untuk memprediksi apakah target tersebut bisa dicapai atau tidak.
“Karena dana kelolaan terkait dengan kondisi pasar. Portofolio efek reksa dana itu kan harus mark to market,” kata Prihatmo saat dihubungi Bisnis, Senin (5/10).
Dia menilai, investor institusi akan cenderung hati-hati pada kuartal IV nanti. Dengan kata lain, tidak akan mengambil posisi yang agresif atau mengurangi porsi sahamnya.
Vilia Wati, analis PT Infovesta Utama mengatakan NAB reksa dana tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya akibat penurunan nilai pasar portofolio saham pada reksa dana yang cukup signifikan akibat anjloknya bursa saham.
Kinerja bursa saham domestik tertekan akibat terkena dampak sentimen negatif dari regional dan global.“Penurunan dana kelolaan reksa dana saham disebabkan oleh nilai pasar portofolio yang merosot akibat koreksi underlying asset,” kata Vilia kepada Bisnis.