Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja return reksa dana saham semakin terperosok. Return reksa dana saham sepanjang tahun berjalan ini tercatat -23,03% atau terendah sejak 2008.
Berdasarkan data Infovesta Utama, return reksa dana saham sepanjang tahun berjalan ini underperform dibandingkan dengan kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG). Kinerja IHSG sepanjang Januari-Septmber tercatat -19,19%, sedangkan return reksa dana saham tercatat -23,03%.
Bila dibandingkan dengan kinerja reksa dana lainnya, kinerja reksa dana saham tetap paling terpuruk. Kinerja return reksa dana campuran tercatat -12,58%, dan reksa dana pendapatan tetap -1,45%.
Adapun, secara bulanan (sepanjang September) return reksa dana saham tetap yang paling terpuruk dengan return -6,64%, reksa dana campuran -3,76%, dan reksa dana pendapatan tetap -2,25%.
Bila dibandingkan dengan beberapa tahun ke belakang, kinerja reksa dana saham tahun ini terendah sejak 2008. Pada 2008, return reksa dana saham menyentuh angka -51,70%. Kinerja return reksa dana campuran sepanjang tahun ini juga yang terendah sejak 2008, yang ketika itu mencapai -33,15%.
Direktur Utama PT Bahana TCW Investment Management Edward Lubis mengatakan belum bisa memperkirakan apakah kinerja return reksa dana saham tahun ini bakal mengulang kejadian 2008 yang negatif hingga 50%. Menurutnya, saat ini memang pasar saham masih dipengaruhi oleh kondisi global, terutama ketidakpastian kenaikan suku bunga The Fed. Masalah pelemahan rupiah juga menjadi salah satu sentimen negatif.
“Latar belakang tersebut yang membuat ketidakpastian di pasar saham, harapannya bisa segera membaik sehingga kinerja reksa dana juga bakal kembali terdongkrak,” kata Edward saat dihubungi Bisnis, Kamis (1/10/2015).
Meski demikian, lanjut Edward, sebenarnya pasar saham Indonesia memiliki harapan membaik bila sejumlah proyek pemerintah bisa berjalan dan anggaran belanja banyak terserap. Dia berharap, dengan berjalannya proyek-proyek pemerintah, perlambatan ekonomi bisa ditekan sehingga pasar saham membaik.
“Diharapkan, return reksa dana saham pada akhir tahun negatifnya bisa berkurang, jangan bertambah lagi. Semua memang tergantung sentimen, semoga sentimen dari dalam negeri tersebut bisa membuat kondisi pasar saham berbalik,” jelasnya.
Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan meski kinerja return reksa dana, terutama reksa dana saham anjlok sepanjang tahun berjalan ini, dia menilai masih banyak investor yang masuk ke reksa dana saham dengan tujuan memanfaatkan kesempatan. Volatilitas saham dimanfaatkan untuk masuk ke reksa dana.
“Iya ada saja yang masuk saham juga. Namun memang kondisi perekonomian global dan dalam negeri memberi tekanan untuk pasar saham, meski bukan di Indonesia saja,” kata Nurhaida, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (1/10/2015).