Bisnis.com, JAKARTA — Berbeda dengan tahun lalu, bisnis penjaminan emisi obligasi tahun ini dikuasai oleh sekuritas-sekuritas dalam negeri. Hal ini terlihat dari market share penjaminan emisi obligasi oleh sekuritas dalam negeri yang mencapai 61,82%.
Berdasarkan data Bloomberg, total penerbitan obligasi korporasi sepanjang tahun ini sudah mencapai Rp49,24 triliun. Adapun, proses penjaminan emisi sebagian besar penerbitan tersebut dilakukan oleh sekuritas-sekuritas dalam negeri, baik lokal maupun anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Di posisi pertama ada Mandiri Sekuritas yang memberikan market share terbesar, yakni 13,18% dengan nilai emisi Rp6,48 triliun.
Di tempat kedua ada Indo Premier Securities yang memegang pasar 12,39% atau dengan nilai emisi Rp6,10 triliun. Kemudian, di peringkat ketiga dan keempat ada Danareksa Sekuritas dan Bahana Securities dengan pasar masing-masing 11,13% dan 9,54%. Adapun, nilai emisi yang diperoleh keduanya masing-masing sekitar Rp5,47 triliun dan Rp4,69 triliun.
Underwriter dalam negeri lainnya a.l Trimegah Securities yang ada di posisi ke-7 dengan market share 7,57% atau dengan nilai Rp3,73 triliun. Ada juga BCA Sekuritas yang memegang pangsa pasar sekitar 5,89% atau dengan nilai Rp2,89 triliun.
Selain itu, Samuel Sekuritas dan MNC Securities juga menyumbang pangsa pasar sekitar 1,02% dan 0,80% dengan nilai emisi masing-masing Rp500 miliar dan Rp393,75 miliar.
Bila dibandingkan dengan posisi tahun lalu, posisi saat ini lebih banyak didominasi olehunderwriter lokal dan anak usaha BUMN. Tahun lalu, posisi pertama hingga lima diisi oleh Indo Premier Securities, CIMB, Mandiri Sekuritas, DBS Group dan HSBC.
Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) Wientoro Prasetyo mengatakan sebenarnya saat ini bisnis penjaminan emisi obligasi sudah tidak menarik. Pasalnya, fee yang diterima underwriter sudah sangat kecil, bahkan tidak masuk akal.
“Intinya sebenarnya sudah tidak menarik, terlalu kecil untungnya, jadi makanya penjaminnya masih yang itu-itu saja. Banyak yang tidak mau, sudah fee kecil, ada potongan juga berdasarkan peraturan OJK yang nilainya sangat besar,” kata Wientoro saat dihubungi Bisnis, Rabu (16/9/2015).
Menurutnya, sejumlah sekuritas dalam negeri yang mau menerima penjaminan penerbitan obligasi lebih karena mengincar market share. “ Kalau mengejar untung mah, ini sudah rugi, jadi ini lebih untuk mempertahankan market share.”
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri menilai dominasi sekuritas dalam negeri dalam bisnis penjaminan emisi obligasi disebabkan oleh maraknya penerbitan obligasi perusahaan pelat merah. “Sepertinya karena banyak perusahaan BUMN cari dana,” katanya.
Pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan saat ini sekuritas dalam negeri sudah bisa bersaing dengan sekuritas asing. Dari sisi pelayanan dan kemampuan, sekuritas dalam negeri sudah sangat baik.
Dia memprediksi, sekuritas dalam negeri masih akan mendominasi bisnis penjaminan emisi obligasi. Hal ini seiring akan maraknya perusahaan BUMN yang mencari pendanaan lewat obligasi. "Service dan kemampuan mereka sudah bisa diperhitungkan saat ini," jelasnya kepada Bisnis, belum lama ini.
Selain itu, mulai mendominasinya sekuritas lokal dan anak usaha BUMN juga seiring dengan maraknya penerbitan obligasi perusahaan BUMN dan anak usaha. "Sebagian besar dari mereka menggunakan Sekuritas lokal dan yang terafiliasi dengan BUMN," kata Budi.