Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Danareksa Genjot Portofolio Sektor Konsumsi

Di tengah pasar yang tidak kondusif dan ekonomi yang sedang bergejolak, perusahaan manajer investasi harus cakap menyusun strategi penempatan portofolio reksadana. Salah satunya, yang sedang menjadi andalan yaitu reksadana saham sektor konsumsi atau consumer good.

Bisnis.com, SURABAYA--Di tengah pasar yang tidak kondusif dan ekonomi yang sedang bergejolak, perusahaan manajer investasi harus cakap menyusun strategi penempatan portofolio reksadana. Salah satunya, yang sedang menjadi andalan yaitu reksadana saham sektor konsumsi atau consumer good.

Jurus tersebut dieksekusi oleh PT Danareksa Investment Management (DIM) guna menjaring nasabah, yang diakuinya berat. Langkah itu juga dilakukan demi tercapainya target dana kelolaan reksadana yang dipatok perusahaan Rp20 triliun di akhir tahun. Adapun per Agustus 2015, anak usaha dari PT Danareksa (Persero) ini telah mengelola dana sebesar Rp16,05 triliun.

Direktur Investasi Danareksa Investment Management Marsangap P. Tamba mengatakan pihaknya akan memperbesar porsi pengelolaan reksadana saham konsumsi. Pasalnya, produk tersebut cenderung defensif dan banyak diincar oleh investor.

"Portofolio reksadana sektor konsumsi akan kami perbesar, yaitu saham-saham yang sifatnya defensif dan relevan dengan kebutuhan sehari-hari," katanya saat ditemui di sela Danareksa Conference Series 2015 di Surabaya, Kamis (10/9/2015).

Marsangap menjelaskan, saham-saham defensif yang dimaksud yaitu bergerak di bidang utility seperti telko dan perusahaan makanan minuman.

Selain itu, perseroan juga akan fokus pada portofolio reksadana saham sektor infrastruktur. Hal ini tidak terlepas dari program presiden Joko Widodo yang menggenjot perkembangan infrastruktur negeri.

Dengan begitu, perusahaan yakin mampu mengejar sisa target dana kelolaan kurang lebih Rp4 triliun dalam tiga bulan ke depan tanpa merevisi target.

Padahal, mengacu pada data Pusat Informasi Otoritas Jasa Keuangan, sepanjang Agustus 2015 nilai aktiva bersih (NAB) industri reksadana turun 1,47% atau Rp3,68 triliun, dari Rp248,79 triliun pada Juli menjadi Rp245,11 triliun pada Agustus.

Menurutnya, volatilitas pasar lebih banyak dipengaruhi oleh permasalahan eksternal, ketimbang kelesuan internal. Dia mencontohkan kelesuan ekonomi China bedampak kepada iklim industri yang tersendat karena china merupakan pengimpor utama bahan baku ke Indonesia.

"Oleh karena itu, kami cerah celah untuk fokus menempatkan portofolio di sektor konsumsi sehari-hari yang tidak begitu terpengaruh gonjang-ganjing ekonomi," ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper