Bisnis.com, JAKARTA— Indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi bersama bursa lain di Asia pada sesi I Selasa (1/9/2015). Investor mengaitkan laju inflasi Agustus yang dibawah ekspektasi dengan perlambatan ekonomi Indonesia.
IHSG mengakhiri perdagangan sesi I dengan pelemahan 1,32% atau turun 59,5 poin ke level 4.450,11. Indeks pagi ini terus tertekan antara level 4.444,30—4.484,79.
Sentimen negatif dari kinerja manufaktur China dan spekulasi penaikan Fed Fund Rate pada September menyebabkan hampir semua indeks bursa Asia bergerak di zona merah.
Ciaxin China Manufacturing PMI untuk periode Agustus berada di level 47,3. Indeks manufakutur China kini telah berada di bawah level 50, yang menandakan kontraksi, selama 6 bulan berturut-turut.
Muhammad Wafi, Analis Teknikal Bahana Securities mengatakan IHSG mendapat tekanan tambahan dari data inflasi Agustus.
“(IHSG tertekan) angka inflasi yang baru ke luar. Inflasi rendah, lebih rendah dari ekspektasi,” katanya kepada bisnis.com.
Wafi menambahan absennya sentimen positif juga membuat perdagangan di pasar saham relatif sepi dibandingkan aktivitas biasanya.
Badan Pusat Statistik melaporkan indeks harga konsumen pada Agustus 2015 naik 0,39% dari bulan sebelumnya, lebih rendah dari estimasi ekonom di angka 0,55%.
Sebanyak 84 saham menguat dari 518 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Adapun 157 saham melemah dan 277 saham stagnan.
Saham-saham bank adalah beban utama IHSG, terutama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang turun 3,53%. Di sisi lain, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) meneruskan penguatan dengna kenaikan 5,35% sepanjang sesi I.
Dari 9 indeks sektoral IHSG yang terdaftar di Bloomberg, sebanyak 7 indeks sektoral melemah dan 2 indeks sektoral menguat.
Saham-saham sektor agribisnis dan pertambangan masih bertahan menguat, sedangkan indeks sektor finansial dan konsumer paling anjlok.