Bisnis.com, JAKARTA— Harga minyak mentah rebound setelah kemarin memasuki tren bearish akibat pelemahan 20% dalam 6 pekan.
Minyak mentah jenis WTI telah 3 hari bertahan di bawah harga US$50/barel akibat limpahan suplai dan potensi penurunan permintaan dari China.
Sumur fracking di Amerika Serikat masih mempertahankan produksi di saat negara-negara anggota OPEC terus meningkatkan produksi, demi mempertahankan market share di pasar global.
Minyak jenis WTI pengiriman September 2015 kemarin ditutup merosot 1,5% dan diperdagangkan menguat 0,68% ke level US$48,78/barel pada pukul 10:29 WIB hari ini.
Komoditas tersebut telah merosot sekitar 20% dari harga US$62,17/barel pada pertengahan Juni atau sekitar 6 pekan lalu, yang mengindikasikan tren bearish.
Adapun kontrak minyak jenis Brent untuk September 2015 diperdagangkan naik 0,42% ke harga US$55,50/barel pada pukul 10:30 WIB setelah kemarin ditutup turun 1,53%.
“Kejatuhkan minyak kembali ke bear market menunjukkan mereka yang membeli minyak pada kuartal II/2015 saat ini menyadari bahwa stok masih melimpah,” kata Giovanni Staunovo, analis dari UBS AG seperti dikutip Bloomberg.
Selain pasokan yang melimpah, harga minyak dan komoditas lain juga tertekan oleh kecemasan pelambatan pertumbuhan ekonomi China.
Dugaan pelambatan ekonomi China hari ini semakin kuat setelah indeks manufaktur, yang mengukur kinerja pabrik-pabrik di negeri Tiongkok, merosot.
Caixin China PMI Manufacturing pada Juli ada di level 48,2 atau turun dari 49,4 pada Juni. Penurunan tersebut terjadi di saat ekonom memperkirakan kenaikan indeks ke 49,7 pada Juli.