Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

HARGA CPO 7 Juli: Semakin Merosot Terseret Kedelai dan Minyak Mentah

Kontrak berjangka CPO untuk September 2015, kontrak teraktif di Bursa Malaysia, hari ini merosot 1,12% ke 2.210 ringgit atau Rp7,74 juta per ton menjelang penutupan.
Demis Rizky Gosta
Demis Rizky Gosta - Bisnis.com 07 Juli 2015  |  19:11 WIB
HARGA CPO 7 Juli: Semakin Merosot Terseret Kedelai dan Minyak Mentah
Sawit

Bisnis.com, JAKARTA—CPO diperdagangkan di level terendah dalam sepekan tertekan pelemahan harga minyak dan kedelai.

Kontrak berjangka CPO untuk September 2015, kontrak teraktif di Bursa Malaysia pada hari ini, Selasa (7/7/2015), merosot 1,12% ke 2.210 ringgit atau Rp7,74 juta per ton menjelang penutupan.

CPO hari ini dibuka melemah tipis 0,09% ke harga 2.233 ringgit per ton dan sempat jatuh hingga 1,34% ke harga 2.205 ringgit atau Rp7,72 juta per ton.

Harga minyak yang lesu dan penurunan harga minyak kedelai menekan pergerakan harga CPO di Bursa Malaysia.

Minyak jenis brent untuk pengiriman Agustus 2015 kemarin anjlok 6,27% ke harga US$56,54/barel dan hari ini masih diperdagangkan di bawah US$60/barel.

Harga minyak kedelai di bursa komoditas Chicago kemarin anjlok 2,36% kemudian kembali merosot 0,75% ke US$32,87/pound pada pukul 17.36 WIB hari ini.

Pergerakan harga minyak mentah berpengaruh pada harga CPO sebagai bahan campuran dalam produksi biodisel.

Minyak mentah yang lebih murah membuat penggunaan BBM jenis biodisel kurang kompetitif dibandingkan jenis BBM yang murni menggunakan sumber daya fosil.

Adapun minyak kedelai merupakan bahan baku subtitusi utama CPO dalam produksi makanan jadi, kosmetik, dan detergen.

 

Pergerakan Harga Kontrak CPO September 2015

 

 

Waktu

Ringgit Malaysia/Ton

Persentase Perubahan

7/7/2015

2.210

-1,12%

6/7/2015

2.235

-1,54%

3/7/2015

2.270

+0,13%

2/7/2015

2.267

1/7/2015

2.267

+1,70%

 

Sumber: Bloomberg

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

minyak kedelai
Editor : Hendri Tri Widi Asworo

Artikel Terkait



Berita Terkini

back to top To top