Bisnis.com, JAKARTA – Percepatan implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) diyakini mampu mendukung pengendalian inflasi di daerah, terutama untuk menciptakan stabilisasi harga kebutuhan pangan nasional menjelang puasa dan lebaran.
Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan Sutriono Edi mengatakan, SRG berperan meningkatkan kesejahteraan petani, koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), serta menstabilkan harga komoditas melalui percepatan implementasi SRG.
"Dengan terealisasinya SRG yang terintegrasi dari hulu hingga ke hilir, diharapkan stok komoditas bisa lebih terjamin dan harga-harga bisa menjadi lebih stabil sehingga pada akhirnya inflasi bisa lebih terkendali," kata Sutriono, Jumat (22/5/2015).
Untuk mencapai tujuan tersebut, lanjut Sutriono, integrasi SRG dan Sistem Logistik nasional menjadi sangat penting. Harapannya, PT Pos Indonesia yang memiliki jaringan logistik luas, dapat berperan dalam rencana percepatan implementasi SRG tersebut.
Menurut Sutriono, masalah umum yang dihadapi petani nasional a.l. seperti alih fungsi lahan pertanian, penguasaan stok bahan pangan oleh pedagang, dan panjangnya rantai distribusi, serta terkendalanya upaya perluasan akses petani terhadap pembiayaan.
“SRG menjawab permasalahan tersebut melalui peranannya sebagai instrumen yang penting dan efektif sebagai sarana tunda jual dan pembiayaan yang dapat memberdayakan petani serta mengefisiensikan rantai tata niaga komoditas,” ujarnya.
Melalui SRG, Lanjut Sutriono, petani memiliki alternatif pembiayaan untuk aktivitas pertaniannya dari resi yang diterimanya ketika menyimpan komoditas di gudang. Terutama pada saat panen umumnya harga sedang berada pada titik terendah.
Di sisi lain, bagi pedagang, ketersediaan stok dan pembiayaan dapat memberikan solusi permodalan yang lebih efisien.
Sedangkan bagi fungsi pengawasan pemerintah pusat dan dampak yang dirasakan oleh masyarakat, SRG menyediakan data jumlah stok komoditas di dalam gudang yang akan mempermudah pemerintah melakukan pemantauan data produksi daerah secara lebih akurat.
Pada saat yang sama, akurasi data ini dapat mengurangi spekulasi masyarakat terhadap kurangnya stok yang ada di pasar.
"Integrasi informasi antara satu gudang dengan gudang lainnya akan melahirkan sebuah sistem integrasi data mengenai stok komoditas dari berbagai daerah yang akan mendorong kerja sama antargudang di berbagai daerah dalam menutupi kekurangan stok atas komoditas tertentu," imbuh Sutriono.