Bisnis.com, JAKARTA -- Hasil analisis Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (BP2KP) Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa dari sisi tingkat disparitas harga jagung antar daerah masih cukup tinggi. Perbandingan antara harga terendah dengan harga tertinggi memiliki gap sebesar 190%.
“Disparitas kita agak menghawatirkan. Ini ada gap yang cukup besar antara Jogjakarta, Mataram, dan Semarang yang merupakan daerah produsen dengan daerah yang bukan produsen. Gapnya 190% antara harga terendah dengan harga tertingginya. Jika di Jogja Rp5.000/kg, maka di Jakarta bisa Rp12.000, kata Peneliti BP2KP Miftah Farid ditemui di kantor Kementerian Perdagangan, Kamis (7/5).
Gap yang sangat lebar tersebut menurut Miftah cukup mengherankan. Karena jika dihitung, biaya logistik jagung dari Jogjakarta ke Jakarta semahal-mahalnya hanya mencapai Rp1.000/kg. Miftah menilai ada struktur pasar yang membuat disparitas harga jagung antar daerah menjadi sangat besar.
Di sisi lain, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Sudirman mengatakan disparitas yang tinggi tidak terjadi untuk jenis jagung untuk pakan ternak. Harga jagung tersebut di wilayah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat rata-rata adalah Rp3.200/ kg.
Harga tersebut selisih Rp150/kg dibanding harga di sentra produksi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sehingga untuk jagung untuk pakan ternak tidak memiliki disparitas yang terlalu tinggi antar daerah. “Harga antara jagung untuk pakan dan jagung untuk konsumsi memang berbeda.”