Bisnis.com, JAKARTA--Harga logam timah rata-rata PT Timah (Persero) Tbk. pada kuartal I/2015 lebih rendah 18,7% dibanding kuartal yang sama pada tahun sebelumnya.
Pada kuartal I/2014, harga logam timah rata-rata dari emiten dengan kode TINS tersebut mencapai US$23.302 per ton, sedangkan pada kuartal I/2015 sebesar US$18.936 per ton.
Akibatnya, pendapatan perseroan dari penjualan logam timah sepanjang kuartal I/2015 US$100,4 juta, turun tipis dari perolehan tahun sebelumnya sebesar US$100,6 juta.
Padahal, secara volume, TINS mampu membukukan pertumbuhan penjualan logam timah hingga 22,8%, dari 4.319 ton menjadi 5.304 ton.
Pertumbuhan penjualan tersebut seiring dengan peningkatan produksi logam timah 37%, dari 5.148 Mton menjadi 7.057 ton. Sementara itu, produksi bijih timah naik dari 6.213 ton menjadi 6.653 ton.
"Sejak semester II/2014, perusahaan telah berusaha menahan biaya produksi dari yang sebelumnya mencapai US$19.000-US$23.000 per ton, menjadi US$18.000 per ton," ujar Direktur Utama TINS Sukrisno saat paparan publik, Kamis (23/4/2015).
Mengingat harga jual timah yang turun signifikan pada awal tahun ini, perseroan memutuskan untuk mengatur penjualan sebatas untuk menjaga arus kas. Bila sebelumnya penjualan bisa mencapai 2.500 ton-3.000 ton/bulan, saat ini hanya berkisar 1.000 ton/bulan.
Dia menyebutkan sepanjang kuartal pertama ini, harga timah tercatat sempat mencapai US$13.600 per ton, atau harga terendah dalam sepuluh tahun terakhir. Saat ini harga jual timah berkisar US$15.550 per ton.
"Pada semester II/2015, kami optimistis harga bisa menyentuh US$23.000-US$24.000 per ton. Dengan begitu, secara tahunan, harga rata-rata timah bisa bertahan di atas US$20.000 per ton," ujarnya.