Bisnis.com, SHANGHAI – Harga tembaga jatuh setelah data manufaktur dan produksi pabrik di Amerika Serikat pada Februari melemah.
Selain itu, pasar logam industri juga tengah menunggu kepastian kebijakan Federal Reserve terkait kenaikan suku bunga.
Jia Zheng, analis East Asia Futures Co., mengatakan pasar logam industri tengah fokus menantikan sinyal Federal Reserve dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang dimulai hari ini.
Lalu, pasar juga terus memperhatikan perkembangan makro ekonomi global.
“Pasalnya, pasar logam industri telah kehilangan momentum dari kebijakan sektor properti China sehingga harga tembaga kembali berpotensi tertekan,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg pada Selasa (17/3).
Sementara itu, data manufaktur Amerika Serikat (AS) pada Februari kembali turun dalam tiga bulan berturut-turut ke level 0,2%.
Sebelumnya, harga tembaga pada pekan lalu bergerak naik 2,2% seiring sentimen jelang kadaluarsa kontrak tiga bulan pertama di tahun ini.
Pada perdagangan kemarin sampai pukul 15:33 WIB, harga tembaga tiga bulan London Metal Exchange (LME) turun 0,6% menjadi US$5.815 per metrik ton.