Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Yunani Terpuruk, Dolar AS Perkasa, Rupiah Terhempas

Kegagalan kesepakatan penyelesaian utang Yunani membuat pasar gugup dan melemahkan mata uang di Asia, termasuk rupiah yang terjerembab ke level Rp12.800 per dolar AS.
Pergerakan Rupiah per dolar AS dari 1997 hingga Februari 2015/Bisinis-Husin Parapat
Pergerakan Rupiah per dolar AS dari 1997 hingga Februari 2015/Bisinis-Husin Parapat

Bisnis.com, JAKARTA — Kegagalan kesepakatan penyelesaian utang Yunani membuat pasar gugup dan melemahkan mata uang di Asia, termasuk rupiah yang terjerembab ke level Rp12.800 per dolar AS.

Di seluruh dunia, mata uang dolar AS menjadi perkasa dan menguat terhadap hampir seluruh mata uang global.

Bloomberg Dollar Index menunjukkan rupiah terdepresiasi 0,62% ke posisi Rp12.801,7 per dolar AS setelah bergerak Rp12.779,7-Rp12.884 sepanjang Kamis (12/2).

Dolar menguat terhadap hampir seluruh mata uang dunia karena para menteri keuangan Uni Eropa gagal menyetujui bailout dana ke Yunani.

Berdasarkan the Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah juga melemah 0,74% ke posisi Rp12.794 per dolar AS atau yang terendah sepanjang tahun ini, sehari sebelum Bank Indonesia mengumumkan transaksi berjalan kuartal IV/2014 yang dijadwalkan Jumat (13/2).

Di regional Asia Pasifik, sebagian besar mata uang melemah terhadap dolar AS dan won menjadi yang paling tertekan dengan melemah sebesar 1,22% menjadi 1.110 won per dolar AS.

“Saat semuanya melemah, minyak turun, euro juga, satu-satunya safe haven hanya dolar,” kata ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro, Kamis (12/2).

Dia berpendapat sebetulnya tidak ada sentimen negatif dari dalam negeri dalam empat hari perlemahan rupiah. Pasar juga telah lama memperhitungkan (priced in) kemungkinan defisit transaksi berjalan di kisaran 3% tahun lalu.

Perburuan greenback menjadi masuk akal saat data pekerja di Negeri Paman Sam terus membaik meski pun laju inflasi masih jauh dari target 2%.

Namun, pukulan krisis Yunani terhadap Rupiah ini tidak perlu terlalu dicemaskan. Mengapa? Baca selengkapnya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : News Editor
Sumber : Bisnis Indonesia, Jumat (30/2/2015)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper