Bisnis.com, JAKARTA-- Bank of International Settlement (BIS) menyatakan perang kurs yang dilakukan oleh sejumlah bank sentral akan memberi tekanan lanjutan terhadap harga minyak mentah dunia.
Hal ini terungkap dalam tinjauan khusus Oil and Debt yang tertuang di pendahuluan laporan reguler Global Liquidity March 2015.
BIS mengungkapkan pukulan pertama dari anjloknya mata uang negara-negara yang melakukan pelonggaran moneter adalah perusahaan energi.
Berikutnya, perusahaan keuangan yang memiliki instrumen finansial derivatif terkait minyak.
"Rata-rata imbal hasil obligasi komoditas energi yang terkenal tinggi melesat dari 330 basis poin (bps) pada Juni 2014 menjadi lebih dari 800 bps pada Januari 2015. Obligasi lain memang juga meningkat, tapi sama sekali tak mendekati level tersebut," ungkap BIS.
Dengan melesatnya yield, perusahaan energi akan kian kesulitan menutup jarak antara pendapatan dan utang.
Sementara dari segi nominal, beban utang yang telah eksis semakin tinggi.
BIS mencatat posisi utang perusahaan energi dari emerging market hingga akhir 2014 sebesar US$750 miliar atau 15% dari total obligasi dunia.
Angka ini jauh melesat dari 2006 yang hanya sekitar US$200-US$250 miliar. Sementara, negara-negara OPEC hanya memiliki utang antara US$250-US$350 miliar pada 2014.
Dalam jangka panjang, korporasi di sektor energi akan berguguran yang kemudian akan merepotkan industri keuangan atau sistem finansial secara keseluruhan.
Pukulan kedua dari perang kurs di tengah rontoknya harga minyak akan mendera perusahaan energi di negara-negara berkembang.
Membumbungnya dolar AS berpeluang turun lebih cepat ketimbang harga minyak mentah. Pada gilirannya, membuat perseroan meminjam lebih banyak.
Sejak pertengahan tahun lalu, harga minyak mentah baik untuk jenis Brent maupun West Texas Intermediate (WTI) yang selama 4 tahun berturut-turut stabil di kisaran US$100 per dolar tercatat merosot hingga sebesar kurang lebih 50% sampai akhir 2014.
DAMPAK PERANG KURS: Harga Minyak Bisa Anjlok Lebih Lama
Bank of International Settlement (BIS) menyatakan perang kurs yang dilakukan oleh sejumlah bank sentral akan memberi tekanan lanjutan terhadap harga minyak mentah dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Arys Aditya
Editor : Gita Arwana Cakti
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
5 jam yang lalu
Intip Capaian ESG Emiten Rumah Sakit: MIKA, HEAL hingga SILO
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
9 menit yang lalu
IHSG Ditutup Melemah ke 7.232, Saham BREN-BBRI Masih Hijau
22 menit yang lalu
Brigit Biofarmaka (OBAT) Gencar Ekspansi, Bangun Pabrik Baru di 2026
29 menit yang lalu