Bisnis.com, JAKARTA— Persaingan emiten alat berat diprediksi akan terkonsentrasi di sektor konstruksi seiring dengan belum membaiknya sektor pertambangan.
Analis PT Mandiri Sekuritas Hariyanto Wijaya mengatakan diversifikasi pasar alat berat yang tengah dilakukan sejumlah perusahaan akan mulai terlihat di tahun ini. Sektor pertambangan yang selama ini menjadi tulang punggung akan relatif stagnan, sedangkan pasar sektor konstruksi diperkirakan menjadi mayoritas.
“Ini tentu didukung oleh beragam proyek infrastruktur yang dicanangkan pemerintah,” katanya kepada Bisnis.
Haryanto menambahkan, pasar alat berat masih akan tumbuh 5%-10% di Tahun Kambing Kayu ini. Kendati demikian, pemain di bisnis ini harus mewaspadai persaingan yang semakin ketat di sektor konstruksi. Menurutnya, kebutuhan alat berat di sektor ini sebenarnya berbeda dengan sektor pertambangan.
Jika di sektor pertambangan kapasitas angkut alat berat yang dibutuhkan biasanya di atas 100 ton, sedangkan di sektor konstruksi kapasitas yang dibutuhkan hanya 20 ton. Perbedaan jenis alat berat inilah yang harus diperhatikan oleh distributor alat berat. Sementara itu, sektor lain seperti kehutanan dan perkebunan diperkirakan tidak banyak perubahan. Pasalnya, pertumbuhan sektor agribisnis ini juga diperkirakan tidak terlalu masif.
Sebagai catatan, saat ini tercatat empat perusahaan alat berat yang melantai di bursa. Selain PT United Tractors Tbk., ada juga PT Intraco Penta Tbk., PT Hexindo Adiperkasa Tbk., dan PT Kobexindo Tractors Tbk.
Di sisi lain, tantangan penjualan alat berat tahun ini juga datang dari perubahan pola bisnis perusahaan pembiayaan. Menurut Haryanto, perusahaan yang selama ini menggeluti bisnis pembiayaan alat berat mulai melakukan diversifikasi usaha dengan mengurangi porsi alat berat.