Bisnis.com, JAKARTA - Produsen keramik PT Mulia Industrindo Tbk. mengandalkan ekspor sebagai strategi natural hedging untuk mengantisipasi dampak depresiasi rupiah.
Emiten berkode MLIA ini lebih mengandalkan natural hedging dari dari aktivitas ekspor ketimbang kontrak hedging forward dengan perbankan.
Direktur Mulia Industrindo Hendra Heryadi mengatakan perseroan memang mengkhawatirkan dampak pelemahan rupiah di Tahun Kambing Kayu ini.
Namun, kekhawatiran ini sedikit terkurangi oleh kinerja ekspor yang saat ini mencapai 35% terhadap total penjualan perseroan.
“Kami sudah naturally hedging dengan ekspor itu,” katanya kepada Bisnis.
Mengacu pada laporan keuangan kuartal III/2014, MLIA berhasil membukan pendapatan Rp4,05 triliun atau tumbuh 7,89% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak Rp3,75 triliun.
Dengan demikian, pendapatan perseroan dari aktivitas ekspor mencapai Rp1,41 triliun.
Hendra menuturkan, tahun ini perseroan berencana meningkatkan porsi ekspor menjadi 40% terhadap total pendapatan. Emiten keramik ini juga masih akan mengandalkan pasar di Asia Tenggara sebagai tujuan ekspor prioritas.
Selain mengandalkan ekspor, MLIA juga berencana mennggenjot efisiensi.
Menurut Hendra, perseroan juga tengah mengupayakan penurunan ongkos distribusi baik bahan baku maupun produk jadi setelah pemerintah kembali memangkas harga bahan bakar minyak (BBM). MLIA sendiri mematok kurs di level Rp12.500 per dolar AS di tahun ini.
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, kinerja MLIA memang cukup menggembirakan. Selain berhasil mengerek penjualaan, laba bersih perseroan juga melonjak tajam.
Jika pada periode sebelumnya Mulia Industrindo masih mendulang kerugian Rp318,1 miliar, per September 2014 MLIA berhasil membukukan laba Rp366,7 miliar.