Bisnis.com, JAKARTA – Harga tembaga tengah di kepung sentimen negatif pada awal tahun ini, setelah perlambatan ekonomi China dan Eropa, kini rencana kebijakan Indonesia terkait penambahan daftar mineral yang bisa di ekspor berpotensi menekan harga sepanjang semester I/2015.
Ibrahim, Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka, mengatakan rencana pelonggaran ekspor mineral berpotensi membuat pasokan tembaga melimpah. Dampaknya pun diperkirakan akan berpengaruh hingga enam bulan ke depan.
“Padahal dari segi permintaan belum pulih setelah ekonomi China dan Eropa terancam makin melambat, sedangkan pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) juga belum merata di 48 negara bagiannya,” ujarnya kepada Bisnis.
Pada bulan ini, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia berencana merevisi lampiran dalam Peraturan Menteri (Permen) ESDM No.1/2014 tentang nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral dalam negeri.
Dalam revisi itu, tercantum lima komoditas olahan yang bisa di ekspor, salah satunya adalah celuroid logam tembaga.
Selain itu, harga tembaga dan komoditas logam industri lainnya juga tertekan oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari World Bank yang diturunkan menjadi 3% dibandingkan dengan proyeksi tahun lalu sebesar 3,4%.
Perlambatan permintaan juga tampak dari proyeksi International Copper Study Group (ICSG) terkait penggunaan tembaga dimurnikan yang melambat dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada tahun ini diproyeksikan penggunaan tembaga yang telah dimurnikan hanya meningkat 1,1% menjadi 22,69 juta ton, sedangkan tahun lalu penggunaan tembaga dimurnikan itu diprediksi meningkat 5,2% menjadi 22,44 juta ton dibandingkan dengan 2013 sebesar 21,33 juta ton.
Tembaga Rebound
Namun, pada perdagangan kemarin tembaga bergerak rebound setelah sepanjang pekan ini terus jatuh ke level terendah dalam enam tahun terakhir.
Chae Un Soo, trader logam industri Korea Exchange Bank Futures Co., mengatakan fundamental tembaga memang sedang buruk, tapi kejatuhan ke level terendah enam tahun terakhir itu terlalu cepat dan dalam.
“Para investor pun langsung memborong tembaga yang sedang murah tersebut, jadi harga bergerak rebound,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg.
Pada perdagangan kemarin, harga tembaga berjangka di New York Commodity Exchange (COMEX) naik 2,35% menjadi US$2,56 per pon, sedangkan tembaga tiga bulan London Metal Exchange (LME) jatuh 5,32% menjadi US$5.548 per metrik ton.