Bisnis.com, JAKARTA—Obligasi jatuh tempo 2015 yang diterbitkan oleh perusahaan pembiayaan mencapai Rp17,82 triliun atau lebih dari separuh total surat utang jatuh tempo korporasi Indonesia sebesar Rp33,87 triliun.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis dari laman PT Kustodian Sentral Efek Indonesia, obligasi jatuh tempo tersebut diterbitkan oleh 14 perusahaan pembiayaan atau sekitar 7% dari 200 multifinance yang beroperasi pada saat ini.
Sejumlah penerbit obligasi itu terafiliasi dengan korporasi otomotif yakni PT Astra Sedaya Finance (ASDF), PT Federal International Finance (FIF), PT Toyota Astra Financial Service (TAFS), dan PT Surya Artha Nusantara Finance (SANF). Keempatnya terafilasi dengan PT Astra International Tbk. (ASII).
Perusahaan pembiayaan lainnya juga terafiliasi dengan perbankan yaitu PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF), anak usaha dari PT Bank Danamon Tbk. (BDMN), PT BII Finance dan PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. (WOMF), yang keduanya terafiliasi dengan PT BII Tbk. Lalu ada PT BCA Finance (anak usaha PT Bank Central Asia Tbk./BBCA).
Mengacu kepada riset PT Danareksa Sekuritas, dukungan induk terhadap perusahaan pembiayaan menjadi salah satu faktor dalam kenaikan peringkat perusahaan pembiayaan. Sepanjang tahun lalu, tujuh perusahaan mengalami peningkatan peringkat.
Dimintai tanggapannya, Direktur BFIN Sudjono mengatakan pihaknya menyiapkan dana dari kas untuk melunasi jatuh tempo obligasi tersebut. “Saat ini cash flow perusahaan mencukupi,” katanya seperti dikutip Bisnis.com, Senin (12/1/2015).
Mengacu kepada laporan keuangan BFIN, kas dan setara kas milik perusahaan tercatat disimpan di 13 bank, termasuk bank yang berelasi yaitu PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk. (BTPN) dengan nilai keseluruhan sebesar Rp276 miliar.
Obligasi yang diterbitkan BFIN jatuh tempo pada Maret, Februari, dan Juni dengan nilai masing-masing Rp370 miliar (kupon 8,5%), Rp225 miliar (kupon 10,5%), dan Rp270 miliar (kupon 8,5%).
Sebagian dari nilai kupon itu lebih rendah dibandingkan dengan tingkat bunga pinjaman berdenominasi rupiah dari perbankan yang mencapai 8,5%-12%. Mengacu kepada laporan keuangan BFIN pada kuartal III/2014, perusahaan memperoleh pinjaman dari 11 bank.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Keuangan ADMF I Dewa Made Susila mengatakan pihaknya juga telah menyiapkan dana yang cukup untuk melunasi surat utang yang jatuh tempo pada tahun ini.
Di samping itu, pihaknya masih mempertimbangkan lebih lanjut untuk menerbitkan obligasi pada tahun ini. “Kami juga harus lihat pasar pembiayaan dulu. Kalau pasar lesu, ya ngapain nerbitin,” katanya.