Bisnis.com, JAKARTA -- Ingar bingar industri reksa dana di Ibu kota nampaknya tak sampai menjangkau pelosok negeri.
Di Langsa, kota kecil yang berjarak 400 kilo meter dari Banda Aceh, kemudahan berinvestasi justru menjadi barang langka.
Hal itulah yang dirasakan Echa Putri Nesia. Gadis 24 tahun yang tinggal di kota kecil tersebut sejatinya telah lama menggeluti dunia investasi.
Sejak masih berstatus mahasiswi di Universitas Syiah Kuala, Echa sudah menjajal deposito. Namun, bunga yang relatif kecil membuatnya tertarik menjajal instrumen investasi lain yang menawarkan return lebih tinggi, reksa dana.
Beberapa hari lalu, Echa lantas mendatangi kantor cabang Bank Mandiri yang terdapat di Kota Langsa untuk membeli reksa dana.
Tapi apa daya, niatan tersebut menemui jalan buntu.
Kepada Echa, customer service bank pelat merah tersebut menjelaskan bahwa mereka belum melayani pembelian reksa dana.
“Katanya mereka enggak pernah melayani nasabah yang mau beli reksa dana sebelumnya. Mereka menyarankan untuk langsung ke Medan,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (1/1/2015).
Apa yang dialami Echa menggambarkan ketimpangan infrastruktur dan informasi instrumen investasi di kota besar dengan daerah.
Bahkan menurut Echa, untuk meminta informasi tentang reksa dana di bank tersebut juga tak membuahkan hasil.
Tak hilang akal, perempuan yang baru menjadi sarjana ini lantas menghubungi rekan sejawatnya yang bekerja di sektor perbankan.
Hasilnya pun mengecewakan. Tak banyak informasi soal reksa dana yang bisa dikorek dari rekannya tersebut.
“Bahkan orang bank sendiri banyak yang belum ngerti soal reksa dana,” tambahnya.
Bagi Echa, pergi ke Medan untuk membeli reksa dana bukan persoalan mudah. Untuk menuju ke ibu kota Sumatra Utara tersebut butuh waktu sekitar 3 jam.
Echa bisa jadi bukan satu-satunya calon investor yang kesulitan mengakses instrumen investasi.
Di Indonesia, ada banyak sekali Echa lainnya yang mengalami nasib serupa. Ingin berinvestasi, tapi infrastruktur di kota tempat tinggalnya belum memadai.
Selengkapnya, baca juga: