Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Turun, Saat Tepat Reformasi Perekonomian Di Asia

Bank Pembangunan Asia (ADB) menyatakan fenomena menurunnya harga minyak bumi menjadi kesempatan emas untuk digunakan bagi reformasi perekonomian yang bermanfaat bagi negara-negara Asia.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA -  Bank Pembangunan Asia (ADB) menyatakan fenomena menurunnya harga minyak bumi menjadi kesempatan emas untuk digunakan bagi reformasi perekonomian yang bermanfaat bagi negara-negara Asia.

"Meski pertumbuhan pada kuartal tiga pertama tahun ini lebih lunak daripada yang diharapkan, menurunnya harga minyak dapat menjadi kejutan yang baik pada 2015 karena sebagian besar negara merupakan importir minyak," kata Kepala Ekonom ADB Shang Jin Wei dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (17/12/2014).

ADB menyebutkan, pertumbuhan di beberapa negara besar Asia Tenggara lebih lunak dari yang diantisipasi sebelumnya.

Pertumbuhan di kawasan tersebut diperkirakan mengalami sedikit pengurangan proyeksi angka pertumbuhan terjadi untuk negara Indonesia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Secara keseluruhan, Produksi Domestik Bruto (PDB) di kawasan tersebut diperkirakan 4,4 persen pada 2014, atau turun dibanding prediksi 4,6 persen.

Sedangkan untuk 2015, pertumbuhan PDB diperkirakan bakal mencapai 5,1 persen, atau menurun dibanding prediksi sebelumnya, 5,3 persen.

Sebagaimana diberitakan, harga minyak mentah berfluktuasi di kisaran terendah lima tahun pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena tidak ada tanda-tanda bahwa produsen akan mengurangi produksinya dalam menanggapi kemerosotan harga.

Minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Januari naik dua sen menjadi menetap di 55,93 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari kehilangan 1,2 dolar AS menjadi ditutup pada 59,86 dolar AS per barel.

Suhail Al-Mazrouei, Menteri Energi Uni Emirat Arab mengatakan pada Minggu bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan menahan diri untuk memangkas produksinya sekalipun jika harga jatuh ke serendah 40 dolar AS.

OPEC mempertahankan pagu produksi kolektif 30 juta barel per hari dalam pertemuan di Wina pada 27 November. OPEC memproduksi sepertiga dari minyak mentah dunia. Analis menganggap keputusan OPEC sangat "bearish" untuk harga minyak mentah.

Pasokan berlimpah, permintaan moderat, dolar AS yang lebih kuat dan ketidakpastian tentang pertumbuhan ekonomi global menjadi faktor penting dalam tren harga minyak terbaru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper