Bisnis.com, JAKARTA - Asing diprediksi masih akan terus keluar dari pasar saham Indonesia seiring terus menguatnya dollar Amerika Serikat terhadap rupiah dan mata uang asing lainnya.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) saat penutupan perdagangan Selasa (16/12) tercatat anjlok 1,61% ke level 5.026,03. Berdasarkan rekapitulasi perdagangan dari Bursa Efek Indonesia (BEI), aksi jual investor asing pada perdagangan kemarin itu mencapai Rp1,25 Triliun dengan volume 497,98 juta lembar. Keluarnya asing pada perdagangan kemarin tertinggi sejak awal November.
Adapun, sepanjang perdagangan minggu lalu, investor asing cenderung melakukan aksi jual, yakni sebanyak empat kali, dengan nilai total sekitar Rp1,41 Triliun.
Associate Director, Investment Division PT Sinarmas Asset Management Jeff Tan mengatakan asing masih akan terus keluar dari negara emerging market, termasuk Indonesia.
Menurutnya, penguatan dolar AS memberikan dampak negatif kepada negara-negara emerging market, meski dengan takaran berbeda.
“Mungkin yang parah itu negara-negara yang berkaitan dengan ekspor komoditas, seperti Indonesia dan Thailand,” kata Jeff saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (16/12).
Dari dalam negeri, dia menilai surat utang swasta dalam dollar AS cukup tinggi bisa membuat investor terus keluar. Meski demikian, pihaknya optimistis otoritas Bank Indonesia (BI) akan menjaga nilai tukar rupiah di level Rp13.000. Jadi, BI akan melakukan intervensi agar dollar tak lebih dari Rp13.000.
“Masih akan terus turun indeks dan asing juga masih akan terus keluar karena ini bersifat sistemik. Kalau dilihat, beberapa negara seperti Rusia, Argentina, dan Brazil juga terpersok, jadi otomatis Indonesia dan negara emerging market pasti ikut,” jelasnya.