Bisnis.com, JAKARTA- Sepanjang semester I tahun depan, perusahaan di sektor perbankan dan konstruksi diperkirakan akan ramai menerbitkan obligasi korporasi.
Head of research and institutional business PT Trimegah Securities Tbk Sebastian Tobing meyakini penerbitan obligasi korporasi tahun depan akan lebih ramai dibandingkan dengan tahun ini. Adapun, perusahaan di sektor perbankan dan konstruksi akan banyak meramaikan.
“Karena ada pembangunan infrastruktur lebih banyak. Untuk perbankan karena ada peraturan batu itu,” kata Sebastian saat acara Macro-Economy dan Market Outlook 2015 di Jakarta, Senin (15/12).
Seiring adanya rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) yang akan menaikkan suku bunga, dia memprediksi penerbitan obligasi korporasi tersebut akan ramai pada semester 1/2015. Pasalnya, kenaikan suku bunga bank sentral AS diperkirakan akan dinaikkan pada semester II/2015.
Sebastian optimistis penerbitan obligasi korporasi sektor konstruksi dan perbankan tetap akan diminati investor meskipun beriringan dengan ramainya penerbitan obligasi pemerintah.
“Saya rasa obligasi korporasi di sektor perbankan dan konstruksi masih bisa bersaing tahun depan, termasuk bersaing dengan obligasi pemerintah,” tambahnya.
Analis PT Trimegah Securities Tbk Angga Aditya Assaf mengatakan maraknya penerbitan obligasi korporasi di sektor perbankan tahun depan seiring Bank Indonesia yang akan memberlakukan aturan mengenai loan to deposit ratio (LDR) yang baru.
“Di mana di dalam LDR baru baru itu diikutsertakan surat berharga yang diterbitkan oleh korporasi. Kalau regulasi beru itu ditetapkan, bank-bank dengan LDR tinggi diperkirakan akan menerbitkan surat utang,” kata Angga.
Dia mencontohkan, LDR Bank Tabungan Negara (BTN) ada di level 108% dan itu dinilai kurang sehat. Untuk itu, BTN harus mencari pendanaan lain di luar pihak ketiga.
“Obligasi akan jadi pilihan. BTN kebanyakan itu untuk KPR yang tentunya jangka panjang, BTN tentu cari utang jangka panjang, maka dia secara continue akan menerbitkan obligasi.”
Selain BTN, Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) dan Bank Danamon diperkirakan juga akan menerbitkan obligasi tahun depan. Namun demikian, untuk bank bank besar yang LDR-nya berada di bawah 90% diperkirakan belum akan menerbitkan obligasi lantaran masih mengandalkan dana pihak ketiga.
Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Ronald T. Andi Kasim mengatakan di kuartal pertama tahun depan, pasar obligasi akan disemarakkan oleh lima perusahaan yang berencana menerbitkan surat utang senilai total Rp5 triliun. Sayangnya dia enggan menyebutkan secara merinci kelima perusahaan penerbit tersebut lantaran kepastian masih bergantung kondisi politik nasional.
“Intinya, semester pertama tahun depan akan mencerminkan ekspektasi pasar modal terhadap kinerja kabinet,” kata Ronald belum lama ini.