Bisnis.com, SINGAPURA - Minyak mentah mencapai terendah baru 5 tahun di perdagangan Asia pada Selasa, dengan para analis memperkirakan penurunan lebih jauh karena permintaan lemah, pasokan global berlimpah dan pengurangan produksi lebih sedikit.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari turun 52 sen menjadi US$62,53, sementara itu Brent untuk Januari merosot 69 sen menjadi US$65,50 dalam perdagangan sore.
WTI jatuh US$2,79 di New York mencapai titik penutupan terendah sejak akhir Juli 2009, adapun Brent turun US$2,88 di London ke penutupan terendah sejak September 2009.
"Sebuah periode panjang harga minyak lebih rendah akan menjadi positif bagi perekonomian dunia secara keseluruhan, termasuk negara-negara berkembang utama yang dipimpin oleh China dan India," kata perusahaan riset Capital Economics dalam sebuah komentar.
"Namun, kami juga melihat ligkup untuk kekhawatiran baru tentang dampak pada penurunan besar, termasuk negara-negara yang secara geopolitik penting seperti Rusia, dan pada industri minyak itu sendiri," tambahnya.
Perusahaan yang berbasis di London itu mengatakan harga kemungkinan besar akan menghadapi "tekanan penurunan tambahan" tahun depan karena proyeksi penurunan dalam gangguan pasokan global, kemungkinan kembalinya ekspor Iran yang saat ini terganggu oleh sanksi, serta penguatan dolar.
"Dalam jangka panjang, minyak juga rentan terhadap penurunan lebih lanjut dalam intensitas minyak kegiatan ekonomi di seluruh dunia," katanya.
Harga telah jatuh dari puncak mereka 2014 pada Juni karena pertumbuhan melambat di Tiongkok dan negara-negara berkembang, resesi di Jepang dan hampir terhentinya pertumbuhan ekonomi di zona euro.
Di atas itu kartel minyak OPEC bulan lalu mengatakan akan mempertahankan tingkat produksinya meskipun pasokan global cukup.
Sebuah penguatan greenback juga menekan pasar, karena membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lemah, sehingga mengurangi permintaan.