Bisnis.com, JAKARTA- Neraca perdagangan Oktober 2014 yang mengantongi surplus senilai US$23,2 juta memberikan sentimen positif pada pergerakan indeks dan surat utang negara Senin (1/12/2014).
Indeks harga saham gabungan (IHSG) saat penutupan perdagangan Senin (1/12) tercatat menguat 0,28% ke level 5.164,29 dan investor asing kembali melakukan aksi beli atau net buy.
Berdasarkan rekapitulasi perdagangan dari Bursa Efek Indonesia (BEI), aksi beli investor asing itu mencapai Rp68,01 miliar atau 378,39 juta lembar saham.
Sepanjang perdagangan minggu lalu, investor asing terus melakukan aksi beli, yakni sebanyak lima kali, dengan nilai total sekitar Rp1,38 triliun. Adapun, sepanjang Senin, indeks bergerak pada kisaran 5.134,75 hingga 5.167,69.
Analis PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan rilis data inflasi yang dinilai cukup tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya tidak memberikan dampak negatif pada pergerakan IHSG.
Pasalnya, data neraca perdagangan Oktober yang surplus memberikan sentimen positif yang cukup besar pada pergerakan IHSG.
“Karena rilis data ekonomi yang keluar, terutama rilis data neraca perdagangan yang surplus memberikan respon positif pada pergerakan IHSG,” kata Satrio saat dihubungi Bisnis, Senin (1/12/2014).
Menurutnya, kekhawatiran pasar terhadap inflasi yang diperkirakan akan tinggi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi yang dilakukan pemerintah beberapa waktu lalu tidak terjadi.
Investor dinilai masih cukup percaya diri dengan kondisi perekonomian dalam negeri. Menurutnya, pergerakan positif IHSG pada Senin murni didorong oleh sentimen dalam negeri.
Meski demikian, kata Satrio, penguatan IHSG tidak maksimal. Hal ini disebabkan oleh koreksi harga minyak mentah dunia yang mengakibatkan saham-saham batu bara ikut terkoreksi. “Sedikit tertahan karena itu, tetapi untuk saham konstruksi, perbankan masih bisa naik,”jelasnya.
Adapun, pergerakan IHSG hari ini diharapkan tidak ikut terpengaruh dengan indeks bursa regional kemarin yang sebagian besar memerah.
Berdasarkan data Bloomberg, index Hang Seng Hong Kong melemah 2,58%, index SET Thailand melemah 0,01%, dan iindex STI Singapura melemah 1,34%.
Senada dengan Satrio, Analis PT Millenium Danatama Asset Management Desmon Silitonga mengatakan pergerakan positif indeks hari ini disebabkan oleh data neraca perdagangan yang surplus. “Sementara yang lain tidak ada yang wah, begitu juga dengan regional,” kata Desmon.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan rilis data ekonomi neraca perdagangan memberikan angin segar bagi IHSG ditunjang oleh capital inflow yang masih terus berlanjut ke dalam IHSG.
Hal ini menunjukkan bahwa potensi IHSG untuk terus naik masih terlihat cukup kuat dan kepercayaan investor juga masih cukup tinggi.
“Target resistance terdekat saat ini berada pada level 5.178 dengan support 5132, dalam timeframe jangka pendek IHSG telah berada pada jalur uptrend, IHSG hanya tinggal menunggu waktu untuk melakukan rally naik,” katanya.
Sama halnya dengan pergerakan IHSG, positifnya data neraca keuangan November juga membuat imbal hasil (yield) surat utang negara tenor 10 mengalami penurunan.
Berdasarkan data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), imbal hasil SUN tenor 10 tahun Senin (1/12) tercatat 7,66% atau turun tipis dari hari sebelumnya yang 7,67%.
Data Bloomberg menunjukkan sejak 6 Oktober 2014 imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun terus turun. Imbal hasil bahkan tidak lagi berangka depan delapan sejak 31 Oktober, saat itu imbal hasil sudah di kepala tujuh, tepatnya 7,9958%.
Analis PT Woori Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan dalam beberapa minggu terakhir laju pasar obligasi kian menunjukkan penguatan. Namun, laju penguatan tersebut harus dijaga dengan sentimen yang positif. “Rilis terbaru dari data-data BPS yang positif akan membuat laju kenaikan tersebut dapat berlanjut.”