Bisnis.com, JAKARTA-Polemik kebijakan moneter Bank Sentral AS ternyata tak terlampau mempengaruhi pasar uang dan pasar modal dalam negeri. Perkembangan fundamental ekonomi dalam negeri kini menjadi pusat perhatian pasar.
"Pasar berharap kenaikan bahan bakar minyak dan kini BBM sudah naik, tapi ada juga yang khawatir soal dampak inflasinya," kata Kepala Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong pada Bisnis.com, Sabtu (22/11/2014).
Tingkat inflasi yang tak kunjung mencapai target Federal Reserve membuat pengambil kebijakan terbelah menjadi dua. Para ekonom lantas berkesimpulan bahwa suku bunga acuan atau Fed funds rate tak bakal naik pada paruh pertama tahun depan.
Padahal sebelumnya, konsensus ekonom menyepakati bahwa the Fed akan meningkatkan dosis bunganya dengan menaikkan Fed funds rate mulai kuartal II/2015 dari posisi saat ini 0,25%. Angkanya ditargetkan mencapai 1,375% pada penghujung tahun depan.
Senada, analis saham PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe pun mengatakan pelaku di pasar saham ingin memastikan bagaimana pengaruh kenaikan BBM pada inflasi. Sementara pengaruh eksternal cenderung sangat minim pada fluktuasi indeks harga saham gabungan (IHSG).
Maka, rupiah dan IHSG akan bereaksi cukup keras terhadap data inflasi bulanan yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik pada awal Desember nanti.