Bisnis.com, JAKARTA -- Indeks harga saham gabungan Jumat, 21 November 2014 diprediksi terkoreksi, meski koreksinya bersifat terbatas seiring selesainya euforia pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak subsidi.
Pada perdagangan Kamis (20/11), IHSG tercatat melemah 0,67% ke level 5.093,57. Investor asing melakukan aksi jual atau net sell pada perdagangan di bursa saham Indonesia.
Berdasarkan rekapitulasi perdagangan dari Bursa Efek Indonesia (BEI), aksi jual investor asing itu mencapai Rp432,36 miliar. Sepanjang perdagangan minggu lalu, investor asing cenderung melakukan aksi beli, yakni sebanyak empat kali, dengan nilai total sekitar Rp3,39 triliun.
Berdasarkan data Bloomberg, tercatat bukan hanya bursa saham Indonesia yang melemah. Indeks acuan bursa Asia Tenggara ditransaksikan cenderung melemah pada akhir perdagangan kemarin.
IHSG di Jakarta yang terkoreksi 0,67% mencatatkan pelemahan tertajam, dikuntit oleh Singapore Straits Times Index yang turun 0,57%.
Sementara itu, Laos Securities Exchange Composite Index dan Vietnam Ho Chi Minh Index mencatatkan penguatan masing-masing 1,16% dan 0,84%.
VP Investment PT Quant Kapital Investama Hans Kwee mengatakan pelemahan IHSG pada perdagangan kemarin disebabkan memudarnya euforia pengumuman kenaikan harga BBM. Menurutnya, setelah dua hari euforia, pasar akan kembali melihat fundamental.
“Memang sudah waktunya koreksi, euforia biasanya memang dua hari. Sekarang pasar akan kembai ke fundamental, akan lebih mencermati laba perusahaan yang turun imbas kenaikan harga BBM dan kenaikan suku bunga BI rate,” kata Hans kepada Bisnis, Kamis (20/11).
Dia memprediksi, saham-saham di sektor otomotif, properti dan perbankan akan terkoreksi akibat kenaikan harga BBM dan suku bunga acuan ini.
Selain itu, adanya kekhawatiran pasar terkait hak tanya atau interpelasi yang akan dilakukan oleh anggota parlemen dari koalisi merah putih atas kenaikan harga BBM bersubsidi.
“Pasar khawatir parlemen dari koalisi merah putih mengajukan hak bertanya kepada presiden. Kenaikan harga BBM memang kewenangan pemerintah, tetapi dengan syarat nilai tukar rupiah dan harga minyak mentah dunia. Pasti ada pertanyaan mengapa harga BBM dinaikkan saat harga minyak mentah turun,” jelasnya.
Meskipun indeks regional tengah melemah, Hans melihat tak ada sentimen yang kuat dari global. Dia menilai, global sudah naik beberapa hari belakangan sehingga wajar terjadi koreksi.