Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada akhir tahun ini diperkirakan akan terkoreksi sementara, bila pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi pada November ini.
Analis PT First Asia Capital David Sutyanto mengatakan kenaikan harga BBM bersubsidi merupakan faktor krusial yang memengaruhi IHSG pada akhir tahun.
“Pasalnya, [kenaikan harga bbm] akan menimbulkan inflasi yang cukup signifikan. Ini membuat sentimen negatif untuk jangka pendek, tetapi jangka panjang akan positif. Paling tidak akan mengalami shock dua bulan, dan butuh satu tahun untuk pemulihan,” kata David pada acara edukasi wartawan dengan Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (23/10/2014).
Hans Kwee, VP Investment Quant Kapital Investama memprediksi IHSG akan bergerak pada level 4.900-5.000 pada akhir tahun. Senada dengan David, dia menilai hal ini disebabkan oleh IHSG yang akan turun sementara lantaran kenaikan harga BBM bersubsidi.
“Akan turun cepat dan naik cepat juga, sebenarnya asing juga menunggu kenaikan harga BBM bersubsidi, jadi nanti asing akan cepat masuk kembali,” katanya dalam kesempatan terpisah.
Sebelumnya, Hans memprediksi IHSG bisa berada pada level 5.500 tanpa kenaikan harga BBM tahun ini. Dia menilai, Presiden Joko Widodo harus menaikkan harga BBM bersubsidi secepatnya.
“Agar mulai tahun depan bisa rally, ada waktu mempersiapkan diri menghadapi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat pada semester II tahun depan.”
Selain faktor kenaikan harga BBM bersubsidi, masalah global yang terjadi di Eropa juga sangat memengauhi. “Meskipun perang di Rusia membaik, masalah embargo yang dilakukan rusia akan memengaruhi perekonomian,” tambahnya.
Pardomuan Sihombing, Sekjen AAEI memprediksi IHSG akan berada pada level 4.800 tanpa asumsi kenaikan harga BBM bersubsidi. “Itu asumsi tanpa kenaikan harga, masih optimistis tetapi akan mengalami shock dulu, bisa dibayangkan,” katanya yang juga Direktur PT Recapital Asset Management.