Bisnis.com, JAKARTA -- Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) bergerak menguat 0,24% pada pukul 11.01 WIB, Rabu (15/10/2014).
Sedangkan WTI untuk pengiriman November tahun ini di bursa New York pada waktu tersebut berada di level US$82,04/ barrel.
Zulfirman Basir, Analis PT Monex Investindo Futures, mengatakan data pagi ini yang menunjukan perlambatan inflasi China membuka peluang pelonggaran moneter dari bank sentral Cina (PBoC) untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi negeri itu.
“Ini dapat memberikan harapan akan terjaga outlook permintaan energi dari konsumen minyak terbesar kedua di dunia tersebut,” ujarnya melalui riset yang diterima Bisnis, Rabu (15/10/2014).
Meski demikian, tambah Zulfirman, investor masih mencemaskan melimpahnya suplai minyak di pasar terutama dengan OPEC yang memberikan sinyal akan mentolerir kejatuhan harga minyak lebih lanjut.
Arab Saudi dikabarkan masih bisa mentoleransi kejatuhan harga minyak hingga US$80/barrel. Kuwait utarakan US$75/barrel akan menjadi batas bawah, dan bersama Aljazair berencana tidak memangkas produksi minyaknya.
“Iran juga sinyalkan kesanggupan untuk menghadapi harga minyak yang lebih rendah. Ini dapat memberikan sentimen negatif untuk minyak,” jelas Zulfirman.
Outlook minyak masih bearish, di mana minyak dapat mengalami pelemahan dengan target penurunan US$80/barrel dan stop-loss US$83,7/barrel.
Minyak WTI mungkin akan diperdagangkan di kisaran US$80 hingga US$83,7/barrel untuk hari ini.