Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit diprediksi terus menurun akibat berkurangnya daya saing komoditas itu terhadap produk subtitusinya, bahkan setelah menyentuh level terendah sejak 2009.
Dorab Mistry, Direktur Godrej International Ltd, perusahaan India yang bergerak di perdagangan komoditasminyak nabati, menilai kontrak berjangka harus turun ke 1.900 ringgit (US$580) per metrik ton untuk menghidupkan kembali konsumsi palm oil.
Perkiraan itu dibandingkan dengan penutupan harga CPO di bursa derivatif Malaysia untuk kontrak Oktober 2014 yang ada di level 2.202 ringgit/ton.
"Kelapa sawit telah kehilangan daya saing harga, terutama terhadap minyak rapeseed (canola oil) dan minyak bunga matahari," kata Mistry seperti dikutip Bloomberg, Senin (29/9/2014).
Mistry melanjutkan, contoh sangat jelas terjadi di pasar seperti India, dimana minyak sawit telah digantikan oleh impor yang lebih besar akan minyak bunga matahari, minyak kedelai dan bahkan minyak rapeseed (canola oil) dalam jumlah kecil.
Berdasarkan data lembaga riset Oil World, produksi global 10 minyak nabati utama diprediksi meningkat 4,3% pada 2014-2015, dimana kedelai dipacu oleh estimasi peningkatan di AS dan Brazil. Output minyak nabati diperkirakan naik ke 519,7 juta ton dari 498,2 juta pada 2013-2014.