Bisnis.com, JAKARTA - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. sudah menyerap belanja modal (capital expenditure) sekitar Rp2,1 triliun hingga Agustus 2014 dari total capex yang dianggarkan senilai Rp4,5 triliun.
Direktur Indocement Tju Lie Sukanto mengatakan perseroan optimistis capex tahun ini bisa terserap seluruhnya. Menurut Tju Lie, sebagian besar capex yang sudah terserap digunakan untuk pembangunan pabrik semen (brownfield-Plant14) di Citeureup.
“Tetap paling banyak untuk proyek P14. Sama sebelumnya untuk proyek penggilingan semen yang dengan kapasitas 1,9 juta ton,” kata Tju Lie usai paparan publik di Jakarta, Rabu (17/9/2014).
Saat ini, emiten dengan kode saham INTP ini sudah menyelesaikan unti penggilingan semen baru di pabrik Citeureup dengan kapasitas 1,9 juta ton/tahun. Selanjutnya, perseroan juga dalam tahap pembangunan pabrik P14 di Citereup dengan kapasitas produksi 4,4 juta ton/tahun yang diharapkan akan selesai pada akhir 2015. Adapun investasi untuk P14 sekitar Rp5,5 triliun-Rp6,5 triliun.
Selain itu, perseroan juga dalam tahap akhir studi kelayakan untuk membangun dua pabrik semen baru (green-field) dengan kapasitas produksi masing-masing 2,5 juta ton per tahun di Pati, Jawa Tengah dan Sumatra Utara.
“Pertama kalau analisis dampak lingkungan selesai, bisa proyek Pati dulu dilaksanakan, “ kata Presiden Direktur INTP Christian Kartawijaya.
Untuk membiayai ketiga proyek tersebut, perseroan akan menggunakan dana internal perusahaan. “Kami memiliki kinerja keuangan yang baik, seluruhnya kami akan menggunakan kas internal,” tambah dia.
Pada sisi lain, perseroan juga tengah mengkaji untuk menaikkan harga jual dalam waktu dekat. Adapun dibandingkan dengan tahun lalu, harga jual produk semen perusahaan sudah meningkat 3%-4% sampai saat ini.
“Sudah empat kali menaikkan harga. Ke depan, kenaikan tetap akan bergantung pada permintaan, kenaikan berapa persen itu tergantung pada besarnya permintaan,” tambah Tju Lie.
Penaikan harga jual dilakukan untuk menekan peningkatan biaya pokok pendapatan dan beban usaha perseroan lantaran kenaikan harga bahan bakar, listrik dan logistik. INTP mengalami kenaikan beban usaha dari Rp1,26 triliun pada semester I/2013 ke Rp1,5 triliun atau 18,49%.
Angka ini jauh di atas posisi setahun lalu yang hanya meningkat 9,17% secara year on year (yoy) dari semester I/2012.