Bisnis.com, JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) berharap ada jenis obligasi baru seperti obligasi berbasis proyek guna meramaikan pasar obligasi yang tengah sepi.
Pencarian dana melalui obligasi berbasis proyek dinilai sangat bermanfaat bagi perusahaan baru yang belum memiliki pendapatan, tetapi berencana menjalankan proyek. Sebagai contoh, perusahaan yang akan terjun menjalankan proyek pembangkit listrik atau infrastruktur lainnya.
“Ini harus didorong, obligasi berbasis proyek itu jaminan satu-satunya adalah proyek itu sendiri. Terserah bentuknya, apa itu konvensional atau sukuk, yang pasti itu akan jadi salah satu alternatif pembiayaan infrastruktur,” jelas Presiden Direktur Pefindo Riset dan Konsultasi Hendra Lubis akhir pekan lalu.
Menurutnya, prospek obligasi berbasis proyek akan berhasil bila sudah ada yang memulai. Pefindo sendiri berjanji segera menindaklanjuti hal ini dengan pihak otoritas, mulai dari BEI, OJK dan stakeholder lain seperti sekuritas, calon investor untuk membicarakan formulasi yang tepat.
Berdasarkan catatan Pefindo, di Malaysia, komposisi antara obligasi korporasi dengan obligasi berbasis proyek sudah 50:50. “Soal pembayaran kupon, nantinya bisa puasa kupon dulu, atau ada kupon tetapi pembayaran bertahap. Pemegang saham bertugas membayar kupon.”
Desmon Silitonga, analis PT Millenium Danatama Asset Management mengatakan perusahaan yang akan menerbitkan obligasi berbasis proyek harus tetap dirating oleh lembaga pemeringkat. Hasil ratingnya juga harus tinggi.
Menurutnya, investor harus mendapatkan jaminan atau garansi bahwa proyek jangka panjang yang dijalankan berhasil. “Selain kupon, investor juga harus dapat garansi, kalau default harus ada yang menjamin karena ekusitas mereka di awal biasanya pinjaman perbankan. Regulasinya harus dimatangkan,” katanya saat dihubungi Bisnis.
Terkait pasar obligasi korporasi, senada dengan Ronald, Desmon mengatakan pasar obligasi korporasi tahun ini memang tidak bergairah. Adapun perusahaan yang menerbitkan obligasi, sebagian besar adalah perusahaan yang memiliki obligasi jatuh tempo sehingga harus melakukan refinacing. Perusahaan yang menerbitkan obligasi untuk ekspansi tahun ini diperkirakan hanya sekitar Rp7 triliun-Rp10 triliun.
“Pertumbuhan ekonomi turun, BUMN saja ada yang memangkas belanja modal. Namun, tahun depan akan lebih baik.”