Bisnis.com, JAKARTA – PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. akan mendivestasikan sebagian kepemilikan sahamnya di anak usahanya bidang solusi teknologi informasi, yakni PT Sigma Cipta Caraka (Telkom Sigma), pada 2015.
Salah satunya lewat penawaran umum saham perdana (initial public offering/ IPO).
Emiten jasa telekomunikasi berkode saham TLKM itu memiliki beberapa opsi untuk mendivestasikan sebagian kepemilikannya di Telkom Sigma.
Per Juni 2014, TLKM memiliki 100% saham di anak usaha beraset Rp2 triliun itu. Telkom Sigma memiliki inti bisnis sistem integrator, pusat data, dan managed services. Telkom Sigma dikelola di bawah anak usaha TLKM, yaitu PT Multimedia Nusantara (Metra).
Direktur Utama TLKM Arief Yahya mengatakan ada beberapa opsi untuk mendivestasikan sebagian kepemilikan saham TLKM dalam Telkom Sigma. Selain IPO, solusi lain yakni backdoor listing dan sell company.
“Untuk Telkom Sigma, ada beberapa solusi. Kalau tidak dalam kemitraan, ya equity. Kami sudah bertemu dengan calon mitra dua kali, yakni IBM,” tutur Arief, Rabu, (3/9/2014).
Menurutnya, Telkom Sigma akan menggandeng The International Business Machines Corporation (IBM) untuk memperbesar pangsa pasar pusat data Telkom Sigma hingga 60% atau setara 100.000 meter persegi pusat data (data center).
Saat ini Telkom Sigma memiliki tiga pusat data, yakni di Serpong, Sentul, dan Surabaya. Dua pusat data sudah dirampungkan perseroan, yakni di Batam dan Balikpapan. Satu fasilitas baru akan dibangun pada triwulan IV tahun ini.
Selain Telkom Sigma, TLKM berencana mendivestasikan 20% kepemilikan sahamnya di anak usaha, PT Metra TV. Per Juni 2014, TLKM mengantongi 99,83% saham di anak usaha yang bergerak di jasa penyiaran itu.
Metra TV mengoperasikan Usee TV yang sudah menggenggam 1,2 juta pelanggan. Target perseroan, hingga lima tahun mendatang, Usee TV memiliki 10 juta pelanggan.
Bila rerata nilai berlangganan satu pelanggan sebesar US$100 dan jumlah pelanggan 1,2 juta, maka nilai Metra TV sekitar US$120 juta.
“Kami juga ingin mencari mitra strategis untuk membangun Metra TV bersama-sama. Kalau untuk membangun joint venture masih memungkinkan, tidak susah,” tutur Arief.