Bisnis.com, JAKARTA- Melesetnya target pencapaian PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sepanjang semester I/2014 akibat kondisi pasar baja global yang masih stagnan diprediksi akan berlanjut hingga akhir 2014.
Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Guntur Tri Hariyanto mengatakan kondisi pasar baja global masih belum positif pada paruh kedua tahun ini. Hal ini menyebabkan kinerja emiten dengan kode saham KRAS diprediksi masih akan mengalami kerugian pada semester II/2014.
Belum lagi dengan adanya kelanjutan kenaikan tarif listrik untuk golongan industri hingga akhir tahun. “Masih belum positif saya lihat, belum lagi adanya ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, ini masih menekan kinerja Krakatau Steel,” kata Guntur kepda Bisnis, Senin (1/9/2014).
Berdasarkan laporan keuangan sepanjang paruh pertama 2014, pendapatan KRAS tercatat US$909,19 juta atau turun 22% dibandingkan perolehan sebelumnya US$1,10 miliar. KRAS juga mencatat rugi bersih hingga US$88,67 juta pada periode ini. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, emiten dengan kode saham KRAS ini masih mengukir laba senilai Rp10,63 juta.
Rugi yang dialami perusahaan seiring dengan rugi selisih kurs naik menjadi US$11,46 juta dari rugi sebelumnya sekitar US$4,26 juta. Selain itu, bagian rugi dari entitas asosiasi juga melonjak drastis dari US$2,98 juta menjadi US$42,26 juta.
Robby Janis, Head of Investor Relations Krakatau Steel menuturkan rugi dari entitas asosiasi memang mencapai US$42,26 juta. Adapun US$42,16 juta berasal dari PT Krakatau Posco (PTKP) lantaran perusahaan baru mulai beroperasi pada akhir Desember 2013 sehingga masih membutuhkan learning curve.
Menurutnya, faktor utama penurunan kinerja Krakatau Steel selama Januari-Juni 2014 disebabkan turunnya harga jual rata-rata produk baja perseroan akibat penurunan harga baja di pasar global dan melemahnya nilai kurs rupiah terhadap dolar AS. “Kenaikan biaya energi dan listrik juga ikut menekan kinerja perseroan di semester I/2014,” kata Robby melalui pesan elektronik kepada Bisnis.
Harga gas alam dari Pertamina naik sekitar 19% menjadi US$7,15/MMbtu dari US$6,00/MMbtu di akhir 2013. Sedangkan harga listrik untuk industri golongan I-4 naik juga sekitar 19% dari Rp653/kwh menjadi Rp775/kwh.
“Target perseroan di awal tahun meleset karena pasar baja global. Kemudian pasar baja domestik dipengaruhi oleh sikap wait and see menunggu perkembangan demand baja di Cina, dan juga hasil pemilihan legislatif dan pemilihan presiden tahun ini.”
Untuk menjaga kinerja keuangan, perseroan berupaya untuk meningkatkan volume penjualan produk baja serta lebih mengoptimalkan pasokan baja slab dari PT Krakatau Posco untuk menekan biaya produksi.
Krakatau Steel Tertekan Hingga Akhir Tahun
Melesetnya target pencapaian PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sepanjang semester I/2014 akibat kondisi pasar baja global yang masih stagnan diprediksi akan berlanjut hingga akhir 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Riendy Astria
Editor : Martin Sihombing
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
2 jam yang lalu
Merger BUMN Karya, Dimulai dari yang Punya Aset Terbesar
14 jam yang lalu
Ada yang Kembali Mulai Tambah Saham Telkom (TLKM)
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
22 menit yang lalu
10 Saham Top Gainers Sepekan, PNSE dan MLPT Meroket Ratusan Persen
1 jam yang lalu
Ini Alasan Indosat (ISAT) Mau Bangun AI Center di Jayapura
1 jam yang lalu
10 Saham Top Losers Sepekan, Ada BDKR hingga PANI
2 jam yang lalu