Bisnis.com, JAKARTA - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) sudah menyerap belanja modal (capital expenditure) sekitar Rp880 miliar sepanjang semester I/2014 dari total capex yang dianggarkan senilai Rp4 triliun-Rp5 triliun tahun ini.
Direktur Keuangan INTP Tju Lie Sukanto mengatakan meski capex yang terserap selama 6 bulan terakhir ini masih minim, anak usaha Grup Salim ini optimistis capex tahun ini bisa terserap seluruhnya. Menurut Tju Lie, sebagian besar capex yang sudah terserap digunakan untuk pembangunan pabrik semen (brownfield-Plant14) di Citeureup.
“Paling besar untuk proyek P14 meski ada juga untuk proyek penggilingan semen yang dengan kapasitas 1,9 juta ton. Semester dua juga masih akan banyak terserap untuk proyek P14,” kata Tju Lie di Jakarta, Jumat (8/10/2014).
Perseroan saat ini sudah menyelesaikan unti penggilingan semen baru di pabrik Citeureup dengan kapasitas 1,9 juta ton/tahun. Selanjutnya, perseroan juga dalam tahap pembangunan pabrik P14 di Citereup dengan kapasitas produksi 4,4 juta ton/tahun yang diharapkan akan selesai pada akhir 2015. Adapun investasi untuk P14 sekitar Rp5,5 triliun-Rp6,5 triliun.
Selain itu, perseroan juga dalam tahap akhir studi kelayakan untuk membangun dua pabrik semen baru (green-field) dengan kapasitas produksi masing-masing 2,5 juta ton per tahun di Jawa Tengah dan Sumatra Utara. “Dengan investasi US$250-US$300 per ton,” kata Sekretaris Perusahaan INTP Sahat Panggabean.
Sahat menambahkan, baru terserapnya capex sekitar Rp880 miliar ini lantaran masih banyak komitmen proyek yang belum dibayarkan. “Sekarang ini baru barang kecil dan konstruksi, nanti kalau semester dua beli mesin untuk proyek P14 pasti langsung besar anggarannya, belum lagi banyak uang muka yang harus dibayarkan, kami sudah ada komitmen untuk pembayaran.”
Berdasarkan catatan Bisnis, capex senilai Rp4 triliun-Rp5 triliun ini lebih tinggi 100% dibandingkan dengan capex tahun lalu senilai Rp2,1 triliun. INTP berencana membiayai capex-nya dari kas internal. Pada akhir 2013, kas dan setara kas INTP tercatat Rp12,59 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan bersih perseroan tumbuh 6,5% menjadi Rp9,49 triliun dibandingkan dengan semester I/2013 yang senilai Rp8,91 triliun. Pertumbuhan didukung oleh harga penjualan domestik yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Dalam tujuh bulan terakhir, perseroan telah menaikkan harga jual sekitar 3,5%.
Penaikan harga jual dilakukan untuk menekan peningkatan biaya pokok pendapatan dan beban usaha perseroan lantaran kenaikan harga bahan bakar, listrik dan logistik. INTP mengalami kenaikan beban usaha dari Rp1,26 triliun pada semester I/2013 ke Rp1,5 triliun atau 18,49%. Angka ini jauh di atas posisi setahun lalu yang hanya meningkat 9,17% secara year on year (yoy) dari semester I/2012.
Melonjaknya beban usaha sedikit memberikan pengaruh pada laba bersih perseroan. INTP hanya mampu membukukan pertumbuhan 3,76% dari setahun sebelumnya 11,8%.